KRAPYAK.org. – Dalam rangka menjaga keberlangsungan hidup, manusia yang dibekali dengan akal dan keilmuan sehingga memiliki perbedaan dengan makhluk Allah yang lain, dan dituntut untuk bersikap harmonis, mengedepankan asas kerukunan dalam rangka mewujudkan ruang kehidupan yang dinamis ini menjadi lebih tertata.
Islam sebagai agama yang dikenal di kalangan umat sebagai agama yang rahmatan lil alamin, tentu menganjurkan umatnya agar selalu menjaga kerukunan di dalam seluruh aspek kehidupan, baik bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk kehidupan beragama. Dalam terminologi, ada sebuah istilah yang sering diperbincangkan dalam tatanan kerukunan umat beragama. Istilah tersebut berupa ‘Tasamuh’ yang memiliki arti toleransi. Toleransi bisa diartikan sebagai nilai atau sikap penting yang mampu menjaga stabilitas tatanan kehidupan masyarakat yang majemuk. Dalam ranah sosial, toleransi bisa diartikan dengan mengakui adanya keberagaman keyakinan dan kepercayaan di masyarakat tanpa saling mencampuri urusan keimanan, kegiatan, tata cara, dan ritual peribadatan agama masing-masing.
Pada dasarnya, manusia diciptakan berbeda – beda. Hal ini seperti yang termaktub dalam firman Allah SWT surah Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia! sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dengan ketetapan yang sudah di-nash oleh Allah SWT, manusia perlu memiliki keluasan pikir dan keluwesan tindak untuk mengatasi perbedaan itu semua. Tidak cukup dengan hanya menggunakan satu strategi atau cara tunggal saja, namun harus juga menyesuaikan dengan kondisi, situasi, dan lingkungan yang ada. Manusia juga perlu mengembangkan kesadaran ruang dan waktu untuk mengolah serta menjalani hidupnya. Karena pada dasarnya manusia diciptakan dan dibekali dengan kemampuan untuk memahami dan sadar akan perbedaan adalah hal yang nyata. Baik bentuk perbedaan itu berupa keyakinan, pandangan, latar belakang, tujuan dan sebagainya. Sehingga, manusia tidak bisa seradak-seruduk menggunakan cara apapun asal tercapai apa yang diinginkan.
Di Indonesia, toleransi sangatlah dibutuhkan dalam praktik hidup sehari-hari. Negeri yang dikenal di khalayak umum sebagai laboratorium sosial terbesar di dunia. Toleransi dianggap sebagai solusi untuk merajut sebuah persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat yang multikultural. Maka, tidak bisa dipungkiri jika tidak ada toleransi, masyarakat sangatlah mudah untuk masuk dalam lubang konflik yang dapat memicu kehancuran. Karena yang ada di dalam benak manusia adalah perihal untuk melakukan sebuah diskrimanasi atas perbedaan. Imam al-Mawardi dalam kitab Adabuddunya waddin berkata:
و امالمسامحة فى الحقوق فلأن الأستيفاء موحش
“Toleransi secara hakekat itu ada, karena diskriminasi yang suram.”
Dari pernyataan tersebut bisa ditarik benang merahnya, bagi komponen kehidupan dianggap perlu untuk membangun kesadaran dalam rangka menjalin tali persaudaraan dan berdialog secara tulus. Dengan demikian, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, dapat saling menerima dan memberi. Karena, toleransi bukan sekadar menghormati dan menghargai keyakinan atau pendirian orang lain dari agama yang berbeda. Namun, disertai dengan adanya sikap untuk bersedia menerima ajaran-ajaran yang bersifat baik dari agama, budaya, atau peradaban lain. Karena kebaikan maupun kebenaran, dari siapapun datangnya, tetaplah kebaikan dan kebenaran.
Dinukil dari pengajian Ramadhan KH Afif Muhammad | Kitab Adab ad-Dunya wa ad-Diin | 26 Maret 2023
Pewarta : Faizal Basri | Editor: Adam Nursyifa | Foto: Galih Aditama