Suatu amalan harus didasari rasa iman. Karena dengan adanya iman, setiap amalan yang dikerjakan akan dirahmati Allah. Rasa iman tersebut menjadi pondasi utama setiap manusia. Dengan perbedaan tingkat keimanan seseorang, menyebabkan manusia di dunia ini menjadi heterogen, sehingga muncullah pertalian manusia satu dengan yang lain, dan itu ada untuk saling melengkapi.
Dalam tradisi kita, laki-laki digariskan untuk menjadi seorang leader atau pemimpin. Di sisi lain, banyak perempuan yang kuat secara ekonomi, sehingga apabila seorang laki-laki dengan perempuan menikah dan sama-sama kuat materinya, dikhawatirkan si perempuan menjadi seorang yang sulit diatur oleh pasangannya. Terlebih jika materi si laki-laki yang lebih rendah, bukan berarti tidak boleh, namun harus berhati-hati. Tidak sedikit pula perempuan yang paham seperti apa sikap yang baik terhadap pasangannya, yang tidak peduli perbedaan latar belakang keluarga.
Siti Khadijah telah membuat sejarah baik yang wajib diteladani oleh siapapun. Khadijah adalah orang yang sangat kaya raya. Beliau merupakan majikan dari Rasulullah SAW sebelum keduanya menikah. Setelah menikah, Siti Khadijah tidak mempermasalahkan bagaimana latar belakang masing-masing. Malah, banyaknya materi yang dimiliki Siti Khadijah tidak menghilangkan rasa tunduk dan hormatnya kepada Rasulullah.
Selain itu, ada pula kisah dari kyai Lirboyo, beliau dipangil mbah Dul Karim (Mbah Manaf). Dulu, ketika Mbah Manaf masih nyantri di Kediri, beliau diminta untuk menjadi mantu. Istri beliau seorang pedagang di pasar. Lalu beliau mengajak Istrinya untuk pulang ke Magelang, karena di Kediri, tidak ada pekerjaan lain yang dapat beliau lakukan selain mengajar ngaji. Namun, istri beliau tidak keberatan jika tetap menetap di Kediri. Dan akhirmya, mbah Manaf mengikuti kemauan istrinya untuk tetap di Kediri, dengan istrinya yang berdagang di pasar, dan mbah Manaf mengajar ngaji.
Beberapa kisah tersebut merupakan teladan dari sifat ma’ruf. Di samping ma’ruf, selalu ada yang namanya kemungkaran. Sebaik-baiknya suatu tempat, tidak luput di dalamnya pasti ada hal munkar. Seperti misalnya orang-orang munafik. Orang- orang munafik, ialah orang yang mengajak pada kemungkaran dan menjauhi kebaikan. Salah satunya yaitu orang yang mengaku sebagai Islam, namun tidak pernah mengerjakan ajaran-ajarannya. Tidak mau sholat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan sebagainya.
إِذَا كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَ خَطَئُهُ
“Orang yang banyak bicara, banyak salahnya.”
Dengan adanya orang-orang seperti itu, Allah memerintahkan kita untuk memberi maaf kepada orang-orang yang menganiaya, memberi welas asih, dan menyambung saudara yang memutus silaturahmi.
Dinukil dari Pengajian Ramadhan KH NIlzam Yahya | Kitab Risalah fii Amri bil Ma’ruf | 28 Maret 2023
Pewarta: Attaya Grandiv [XI IPA B] | Editor: Adam | Foto: Mustarih Amar