Penyampaian Amar Ma’ruf Nahi Munkar Beriringan dengan Doa dan Usaha yang Baik

ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ٱلسَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُون

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan” (QS. Al – Mu’minun 96-98).

KRAPYAK.org – Ayat di atas memiliki makna bahwa jika kita sedang dihadapkan dengan sesuatu yang buruk atau kemungkaran, maka balaslah dengan perbuatan yang lebih baik, seperti memaafkan maupun berpaling dari apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir.

Pernah pada suatu ketika, ada seorang laki-laki dari kaum Anshar berbicara kepada Nabi dengan nada yang sangat kasar. Namun, Nabi mendiamkan dan tak membalas perbuatannya. Lalu beliau teringat ketika Nabi Musa kembali dari Bukit Thursina setelah 40 hari berdiam diri dan mendapat wahyu berupa ‘10 Perintah Tuhan’. Seketika Nabi Musa terkejut melihat umatNya pergi meninggalkan dan berpaling dari Nabi Musa. Mereka lebih memilih menyembah berhala Samiri, berhala yang berbentuk anak sapi dari perhiasan emas. Yang konon sebelumnya, ia (Samiri) melihat malaikat Jibril mengirim bantuan dari Allah SWT kepada Musa AS untuk menenggelamkan Firaun di Laut Merah. Kala itu Jibril menunggangi kuda dan terdapat bekas tapak kudanya di tanah. Lantas, Samiri mengambil tanah pijakan kuda itu untuk kemudian dimasukkan ke dalam tubuh berhala ciptaannya. Seketika patung buatan Samiri mengeluarkan suara selayaknya anak sapi asli. Ada pula yang mengatakan bahwa berhala itu berdaging dan mengeluarkan darah, sehingga mirip dengan anak sapi yang sebenarnya. Melihat hal itu, banyak dari Bani Israil yang bersorak kegirangan karena menganggap itulah Tuhan sesungguhnya. Lalu fitnah Samiri akhirnya menyebar ke seluruh kaum. Hingga Nabi Harun, seseorang yang dipasrahkan oleh Nabi Musa untuk menjaga kaumnya, mendatangi mereka untuk menasihati. Namun, ternyata ajakan tersebut sama sekali tidak digubris oleh kaum tersebut. Kemudian Nabi Musa dilempari, dihina, dan dicaci oleh kaumnya sendiri. Meskipun demikian, Nabi Musa AS terus bertawakal dan berdoa kepada Allah atas perbuatan kaumnya.

Dari cerita di atas, dapat diketahui bahwa perjuangan dakwah para Nabi dalam mengajak umatNya untuk kembali dan taat kepada jalan yang benar sangatlah berat. Pun demikian, Allah telah memberikan kesabaran dan kelapangan dalam hati mereka atas penerimaan perlakuan yang diterima, tentu Allah memberikan teman kepada para Nabi untuk berdakwah kepada kaumnya.

Dalam hal ini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa teman yang baik ialah teman yang selalu mengajak kepada kebaikan dan pencegahan dalam kemungkaran. Di sini ada rotasi yang saling tarik menarik. Maksudnya, ketika ada teman yang sedang tidak dalam ketaatan kepada Allah, maka teman yang lain harus saling mengajak atau mengingatkannya, pun sebaliknya. Perumpamaan teman baik dan buruk dapat kita lihat seperti kita berteman dengan seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Ketika berteman dengan penjual minyak wangi, ia mungkin memberimu minyak wangi yang dijualnya ataupun kita dapat membeli darinya, atau setidaknya kita mendapatkan wangi harum darinya. Namun, ketika kita berteman dengan seorang pandai besi, mungkin ia (percikan apinya) akan membakar pakaian kita ataupun kita hanya dapat menghirup bau asapnya yang tak sedap. Oleh sebab itu, kita dianjurkan pandai dalam memilih teman, karena baik buruknya seseorang dapat dilihat dan dinilai dari lingkungan pertemanannya.

Dinukil dari pengajian Ramadhan KH Nilzam Yahya | Kitab Risalah Fii Amri bil Ma’ruf | 30 Maret 2023

Pewarta: Nasywa Hanni Tsuraya [XI Agama B] | Editor: Adam Nursyifa | Foto: Galih Aditama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *