KRAPYAK.org – Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak menjadi titik tempat pembukaan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama dalam memperingati harlah NU ke-101 yang dilanjutkan dengan Halaqah Fiqih Peradaban pada Senin, (29/01). Sedangkan Pelaksanaan Konferensi Besar sendiri akan diadakan pada tanggal 30 Januari 2024 di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Konferensi besar ini merupakan Konferensi besar ketiga yang dilaksanakan oleh PBNU dalam periode ini.
Alasan terpilihnya Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak sebagai tuan rumah pembukaan konferensi besar Nahdlatul ulama ini tak lain karena ia memiliki andil dan saksi yang cukup besar dalam sejarah dan peradaban Nahdlatul Ulama, salah satunya ialah menjadi tempat diselenggarakanya Muktamar NU ke-28 pada tahun 1989. Muktamar yang menghasilkan keputusan pengangkatan KH Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU untuk kedua kalinya. Dalam periode kedua ini juga KH Abdurrahman Wahid yang kerap dipanggil dengan sapaan Gus Dur mencetuskan gagasan Halaqah Fiqih Peradaban di kalangan Nahdlatul ulama untuk pertama kalinya.
Melihat garis waktu sejarah tercetusnya Halaqah fiqih peradaban Nahdlatul Ulama setelah Muktamar ke-28 inilah yang menjadi tonggak atau alasan tepat untuk menjadikan Krapyak sebagai tempat Pembukaan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama. Ketiga peristiwa penting tersebut seolah memiliki keterkaitan satu sama lain dalam perjalanan Nahdlatul Ulama untuk menjadi organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan sampai sekarang ini.
Berdasarkan taraf keorganisasian sendiri, Konbes merupakan rapat terbesar kedua setelah Muktamar. Sebab Konbes hanya dihadiri oleh Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah saja. Lain halnya dengan Muktamar yang turut menghadirkan pengurus cabang dalam pelaksanaannya. Sedangkan Halaqah merupakan kegiatan seminar dan sosialisasi yang bisa diadakan oleh pengurus Nahdlatul ulama dalam tingkatan apapun. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh KH Hilmy Muhamad saat didatangi tim media krapyak.org di kediamannya setelah acara pembukaan Konferensi Besar dan Halaqah Fiqih peradaban usai dilaksanakan.
KH Hilmy Muhammad menyampaikan harapan dilaksanakannya Konferensi Besar Nahdlatul Ulama dalam memperingati Harlah NU ke-101 di era menjelang pemilu tahun ini.
“Yang jelas, Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan dan sosial masyarakat. Urusan politik praktis itu bukan urusan Nahdlatul Ulama. Yang harus diperhatikan NU adalah masyarakat. Konferensi besar yang dilaksanakan menjelang pemilu ini semoga dapat memberikan kontribusi untuk menjaga pemilu tetap aman dan damai, juga memberikan himbauan kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya, jangan golput dan pilihlah pemimpin yang baik”
Terakhir, KH Hilmy mengatakan jika seandainya nanti hasil konferensi besar Nahdlatul Ulama menjelang pemilu ini dapat menghimbau masyarakat untuk menjadi citizen journalism, NU seharusnya menjadi lembaga yang dapat menyuarakannya.
Pewarta: Clara Satrianti Sukma | Foto: Hilmi Fauzi