KRAPYAK.org – Sebagai pembicara kunci pada Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama yang merupakan bagian dari rangkaian Harlah 101 Nahdlatul Ulama. Ketua umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan materi mengenai strategi peradaban Nahdlatul Ulama.
Saat ini Nahdlatul Ulama sudah saatnya melakukan perluas-wawasan sekaligus penataan organisasi. Hal ini dilatarbelakangi oleh generasi aktivis NU yang tumbuh sejak tahun 1980-an sampai sekarang ini dapat dikatakan sebagai generasi yang secara umum sudah memiliki wawasan yang terbuka dan luas.
Beliau menyampaikan tentang hakikat keberadaan Nahdlatul Ulama berdasarkan tinjauan tentang konteks kelahiran dan sebagainya. Satu hal yang menarik untuk diperhatikan, yaitu membangun hukumah diniyah yang terpisah dari hukumah siyasiyah. Menurutnya, ini merupakan sesuatu yang baru. Sultan-sultan adalah hakim yang bukan hanya mengurusi masalah-masalah profan tapi juga masalah-masalah keagamaan dan sekarang ulama-ulama kita berkonsolidasi untuk membangun hukumah diniyah walaupun tidak memiliki hukumah siyasiyah. Ini luar biasa, karena jika dilakukan analisis tentang realita sosial-politik bukan hanya di tingkat Indonesia saja tapi juga secara global-internasional.
Termasuk dinamika yang terjadi pada saat ini sangat masuk akal, mengingat bahwa para ulama menggagas konsolidasi hukumah diniyah walaupun tidak dengan hukumah siyasiyah, karena hukumah siyasiyah dikerjakan di Indonesia ini berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Masing-masing memikul idealisme-idealisme yang sangat sinergis antara idealisme keagamaan, yakni ukhuwah diniyah ala manhaji ahlissunnah wal jama’ah dengan negara bangsa modern. Maka dari itu, kita perlu berfikir tentang dua dimensi ini yang secara analitik bisa dipisahkan. Akan tetapi, dalam realitas memiliki keterkaitan yang sangat erat. Idealisme-idealisme ini memiliki cara pandang dunia dari Barat itulah yang lebih dominan saat ini. Dengan demikian, pekerjaan membangun peradaban menjadi pekerjaan yang sinergis antara idealisme keagamaan dengan idealisme sosial-politik.
Idealisme keagamaan kita adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Rumusan-rumusan operasionalnya pun sudah jelas yaitu Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Ghazali dan ulama lainnya. Begitupula idealisme politik yang dirumuskan bersama-sama pemimpin bangsa telah dituangkan dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945, visi besarnya peradaban yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kemudian KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwasannya Nahdlatul Ulama dalam mengambil keputusan selalu didasarkan pada syariat. Jika tidak menemukan landasan syariatnya, maka tidak boleh memberikan keputusan.
“Jika ada keputusan tentang apapun itu pasti harus dasarnya syariat, tidak boleh tidak,” ungkap KH Yahya Cholil Staquf menegaskan kembali poin-poin yang telah disampaikan.
Upaya membangun peradaban Nahdlatul Ulama beliau paparkan menjadi lima strategi:
Pertama, memperkuat negara bangsa yang sekarang semakin relevan di tengah dunia dengan batas-batas geografis semakin melemah, sementara ada kekuatan aktor global yang berkembang menjadi kuat sekali sehingga dapat menjangkau orang dimana saja tanpa terhambat oleh satu-satunya benteng kedaulatan kita sebagai rakyat Indonesia adalah negara bangsa.
Kedua, berorientasi keuntungan, maksudnya bekerja untuk mendatangkan keuntungan. Jika sekarang mengeluh apabila yang dipasarkan oleh produk politik kok begini. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan kita harus lebih strategis. Hal ini diibaratkan dengan para produsen yang menawarkan produknya di pasaran, dan kita didikte oleh produsen tersebut. Jika kemudian ada produsen yang mendikte pasar dunia yang luas tanpa memiliki pertahanan yang kuat, kedaulatan kita terancam, maka negara harus diperkuat. Karena negara adalah benteng pertahanan kedaulatan kita. Sekarang banyak kedaulatan kita yang berkurang disebabkan oleh dominasi kekuatan-kekuatan besar itu. Kita memiliki tugas untuk memperkuat kapasitas negara ini, memastikan tashoruf-nya benar benar mencapai mashoihul ummah, menjadi maslahah yang dirasakan dan diterima betul oleh rakyat.
Pada saat yang sama kita bekerja sungguh-sungguh di arena internasional untuk meyakinkan seluruh dunia bahwa Indonesia itu penting. Maka, sudah seharusnya kita menjadikan Indonesia menjadi kuat. Karena dengan Indonesia yang kuat bisa menyumbang secara signifikan untuk menemukan jalan keluar dari berbagai masalah peradaban dan global yang dihadapi oleh dunia pada saat ini.
Kita membutuhkan komponen-komponen strategis untuk mengembangkan kapasitas NU. Untuk itu dibutuhkan transformasi dari kontruksi organisasi. Organisasi harus berubah, karena kita tidak bisa bekerja dengan cara lama. Untuk itu dibutuhkan perbaikan tata laksana organisasi dengan segala macam seginya. Termasuk strategi digitalisasi, karena digitalisasi merupakan strategi fundamelntal. Kemudian yang kedua, kita harus melakukan perbaikan kapasitas sumber daya kepengurusan. Maka cara yang tepat menurut KH Yahya yaitu melaksanakan pelatihan kader.
Ketiga, kita harus membangun ketahanan keuangan. Artinya kita punya kapasitas keuangan yang mandiri, tidak bergantung pada oranglain serta lumintu dan berkesinambungan untuk jangka panjang.
Keempat, mengembangkan model aktivisme baru. Harus dipikirkan bahwa kegiatan yang dilakukan memiliki dampak yang strategis. Hal itu penting untuk mengukuhkan kehadiran NU di dalam masyarakat supaya masyarakat merasakan bahwa NU ada bersama mereka, bahkan hanya di media sosial atau pengajian umum saja. Itu merupakan strategi dakwah yang fundamental yang harus kita kerjakan sekarang, karena dakwah adalah panggilan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Kita harus membuktikan bahwa dakwah yang kita sampaikan memang berguna dan membawa kemaslahatan kepada masyarakat.
Kelima, kita harus mengembangkan kemampuan organisasi ini untuk mengarungi dinamika yang perubahan-perubahannya semakin cepat lajunya.
Pewarta: Qonita Khoirunnisa | Foto: @.yahyacstaquf di X