Dakwah dengan Hikmah dan Nasihat yang Baik

KRAPYAK.org – Pada pengajian Ramadhan kitab Risalah Fii Amri bil Ma’ruf, KH Nilzam Yahya mengatakan, “nek berdakwah, niku kudu karo hikmah lan nasihat ingkang apik” (kalau berdakwah, itu harus dengan hikmah dan nasihat yang baik).

Sebagaimana cerita Nabi saat ditanya oleh Julaibib, salah satu kaum Anshar, yang mana ia meminta izin kepada Nabi untuk berzina. Mendengar pertanyaan seperti itu, masyarakat di sana yang mendengarnya pun hendak mengusirnya. Namun, Nabi menanggapi pertanyaan tersebut tidak dengan amarah, melainkan dengan penuh kebijaksanaan dan kesabaran.

Nabi balik bertanya kepada Julaibib, “apakah kamu suka melihat ibu, anak perempuanmu, dan saudaramu berzina?” Tentu saja setiap orang tidak ingin melihat hal tersebut terjadi. Lalu, Julaibib kemudian meminta maaf atas ucapannya tadi. Hal demikian dikarenakan Julaibib merupakan seorang yang tak punya rumah, jelek dan lusuh rupa, sampai-sampai meminta kepada Nabi untuk dicarikan seorang istri baginya, ia memintanya hingga 3 kali. Lalu, suatu ketika Nabi sedang berpidato di depan para sahabat, dan Nabi bertanya kepada para sahabat, “siapa yang memiliki anak perempuan, akan saya nikahkan.” Mendengar hal tersebut, banyak yang mengira anak perempuannya akan menikah dengan Nabi sehingga banyak yang menawarkan anaknya. Ada seorang sahabat yang menawarkan anak perempuannya kepada Nabi, namun setelah mendengar Julaibiblah yang akan menikahinya, sahabat tadi meminta waktu untuk membahasnya dengan sang putri. Namun, tak disangka ternyata sang putri tadi bersedia dan menerima apa yang ditawarkan oleh Nabi, karena ia ridha dan tidak ingin menyia-nyiakan tawaran dari Nabi, apalagi Nabi sendiri yang mengatakan. Namun, selang beberapa hari pernikahannya, Julaibib ikut Rasulullah dalam peperangan. Dan pada akhirnya, Julaibib mati syahid di medan perang dan jasadnya dikuburkan langsung oleh Rasulullah.

Dalam kisah di atas, dapat kita ambil pelajarannya, bahwa berdakwah ataupun mengajak itu harus dengan cara yang baik, jika kita tidak dapat mengikutinya, maka tolaklah dengan perkataan dan sikap yang baik.

Sama seperti seorang pemimpin, mungkin ada seorang pemimpin yang tidak kita suka, namun jangan pernah kita memperolok-oloknya di hadapan umum. Jika ingin berpendapat maka berkatalah dengan ucapan yang baik dan tidak terlihat secara buruk, yang mana hal tersebut akan menurunkan derajatnya maupun derajat kita sendiri.

“Jika memarahi seseorang jangan sampai keterlaluan, namun bagaimana caranya untuk tetap bisa menasihati dengan cara yang baik. Masalah orang yang dinasihati itu melakukan ataupun tidak, itu bukan tugas kita.” Itulah tugas yang kita emban dalam berdakwah. Namun, saat berdakwah lakukanlah terhadap orang terdekat dahulu. Dan diri sendiri harus bisa menjadi contoh sebelum memberikan nasihat kepada orang lain.

Dinukil dari pengajian Ramadhan KH Nilzam Yahya | Kitab Risalah Fii Amri bil Ma’ruf | 29 Maret 2023

Pewarta: Nasywa Hanni Tsuraya [XI Agama B] | Editor: Adam Nursyifa | Foto: Galih Aditama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *