KRAPYAK.org – Pondok Pesantren Krapyak memancarkan aura keberkahan yang luar biasa dengan kehadiran tamu agung, Maulana Assayyid Assyarif Syeikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani yang lahir pada tanggal 1 April 1954 M di Desa Jimzaraq, Kurtalan, wilayah Is’ird, sebelah Timur Turki. Seorang ulama besar sekaligus cicit dari generasi ke-23 Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani radhiyallahu‘anhu. Kehadiran beliau pada kesempatan istimewa ini menjadi momen yang sangat dinanti oleh para santri dan jajaran civitas akademika Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum. Dalam kesempatan penuh berkah ini, beliau menyampaikan berbagai nasihat keilmuan yang menggugah hati, serta menyampaikan harapan mulia terkait pelestarian tradisi keilmuan Islam.
Sayyidina Ali dan Penghormatan kepada Guru
Mengawali pemaparannya, Syeaikh Fadhil menjelaskan tentang kedekatan Sayyidina Ali Karamallahu wajhah dengan Nabi Muhhammad itu seperti kedekatan Nabi Harun yang bersaudara dengan Nabi Musa, sebuah gambaran tentang kedekatan spiritual dan penghormatan tiada tara. Selanjutnya, beliau menjelaskan dawuh Sayyidina Ali yang termaktub diberbagai kitab seperti Bariqah Mahmudiyah, Ta’limul Muta’alim dan lainnya:
أَنا عَبْد من علَّمني حرفا
Saya adalah hamba sahaya bagi orang yang telah mengajariku satu huruf
Perkataan Sayyidina Ali memberikan penegasan bahwa menjadi keharusan bagi seorang untuk menjadi khodim bagi siapa saja yang mengajarinya walaupun 1 huruf dengan memuliakan gurunya sepanjang hidup, bukan hanya 1 atau 2 tahun saja. Dari penjelasan beliau jika dinterpretasikan lebih mendalam, bahwa yang dimaksud dengan 1 huruf itu bukan hanya sekadar ilmu pengetahuan atau informasi saja. Karena jika kata harfan di sini maknai hanya sebagai pengetahuan atau informasi saja. Maka, Google pun demikian. Maka, harfan dalam konteks ini adalah masuk dalam pengertian irsyad menjadi petunjuk bagi kita dalam mencapai kebahagiaan.
Masih dalam kaitannya dengan menghormati guru. Perlu kita ketahui bahwa ulama adalah lentera kehidupan, yang dengan cahaya ilmu dan kasihnya, membimbing langkah manusia dari gelapnya ketidaktahuan dunia menuju terangnya cahaya akhirat. Dalam tiap ajarannya, terselip doa agar kita tidak hanya cerdas dalam ilmu, tetapi juga bijak dalam iman. Syekh Fadhil menjelaskan derajat seorang guru atau dalam konteks Islam dikenal dengan istilah Ulama. Bahwa, betapa mulianya sebuah ilmu yang ada pada jati diri Ulama sehingga mereka harus kita hormati.” lanjut cucu ke-25 Syekh Abdul Qodir Al-Jilani.
Beliau juga menegaskan, bahwa untuk menunjukan kemuliaan Ulama. Allah SWT memuji ulama dalam 4 kitab sucinya yakni zabur, injil, taurat dan Al-Qur’an. Dan seperti yang kita tahu bahwa setiap nabi punya pewarisnya, tapi ketika sampai pada nabi terakhir yakni Nabi Muhammad, Allah berikan derajat paling agung kepada pewarisnya (ulama) karena mereka lah yang mewariskan keilmuan mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad. Sehingga kalau kita perhatikan, anugerah terbesar umat yang paling istimewa adalah umat nabi muhammad, dan diantara yang paling mulia adalah para ulama karena mereka mewarisi ilmunya para nabi. Bahkan untuk memuliakan ulamanya, Nabi sampai bersabda :
عُلَمَاء أمتِي كأنبياء بني إِسْرَائِيل
Bahwa ulama diantara umatku seperti para nabi pada bani Israil
Dan termasuk didalamnya ialah Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.” imbuh beliau.
Wasiat Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani
Syaikh Fadhil dalam pemaparannya menceritakan, bahwa Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani yang merupakan ulama besar dan dikenal sebagai Sulthonul Auliya menjelang wafat beliau kumpulkan putra-putranya dan menyampaikan berwasiat berikut :
Wahai putra-putra ku saya tidak ingin menghendaki kalian jadi pengusaha, raja, tapi saya hanya ingin kalian semua jadi ahli ilmu, ilmu, ilmu.
Ada sebuah penegasan akan pentingnya ilmu dalam wasiat Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, hingga beliau mengulang 3 kali frasa “ilmu” dalam wasiatnya. Kemudian, Syaikh Fadhil mengungkapkan ada 3 ilmu yang harus dimiliki oleh umat muslim. Pertama, ilmu hakiki yang digunakan untuk menunjukkan kebenaran sesuatu yang haq dengan cara haq pula, yaitu ilmu tauhid. Kedua, ilmu maknawi yang digunakan untuk menjelaskan makna secara maknawi, seperti ilmu syariat, tafsir dan hadits. Ketiga, ilmu dhohir yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang tampak tentang keajaiban dan itu yang saat ini kita kenal dengan ilmu teknologi.
Sebuah keniscayaan, sebagai cicit ulama besar sekaliber dunia. Syaikh Fadhil, berdasarkan literatur yang penulis baca, seluruh waktu beliau digunakan untuk mencari manuskrip-manuskrip kitab Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani hingga saat ini dan beliau sudah mendatangi lebih dari 50 negara, 400 kota dalam 46 tahun. Sebuah perjalanan hidup yang sangat menginspirasi bagi para penuntut ilmu. Dan pada pertemuan yang digelar di Krapyak, beliau menyampaikan jika sudah mencetak 38 kitab dimana 80 % adalah karya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dalam berbagai fan ilmu dan yang terakhir beliau mencetak kitab tafsir surat yusuf karya imam ghozali berdasarkan penelitian beliau dari 3 manuskrip yang berasal dari Eropa, Isntanbul, Paris sehingga tercetak 1 jilid.” tutur Syaikh Fadhil yang juga guru besar di berbagai perguruan tinggi seperti di Chicago AS, Karachi Pakistan dan Al Azhar Mesir.
Sambutan hangat dari Pengasuh PP Krapyak
KH Afif Muhammad, M.A, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak dalam sambutannya mengucapkan rasa syukur atas kunjungan yang mulia Syaikh Fadhil.
Saya tidak sanggup mengungkapkan perasaan saya ketika mendengar kehadiran guru kita syaikh Fadhil di negara ini, terkhusus ketika di jogjakarta, kemudian berkenan hadir ke Pondok Krapyak al mubarok.”tutur beliau.
Kemudian, beliau menyampaikan bahwa Pondok Krapyak termasuk dari pada Pondok tua yang ada di Indonesia. Pondok ini, pada awalnya didirikan oleh guru kami syaikh muhammad munawwir al-muqri’, kemudian dilanjutkan oleh guru kami dan kakek kami Syaikh Ali bin Ma’sum Ahmad al-Lasemi hingga berkembang seperti sekarang. Dimana terdapat banyak komplek-komplek dan madrasah dari tingkat Madrsah Ibtidaiyyah, Tsanawiyah sampai Madrasah Aliyah.
Beliau juga menyampaikan bahwa kedatangan Syaikh Fadhil menjadi motivasi bagi kita dalam proses pendidikan (belajar-mengajar) terlebih dibidang ilmu-ilmu syari’ah. Selain itu, beliau juga menyampaikan permintaan ma’af atas segala kekurangan dalam menyambut Syaikh Fadhil, terlebih tak jarang Syaikh Fadhil hadir ke Indonesia dan ini adalah kali pertama Pondok Krapyak menyambut Syaikh Fadhil. Dalam penuturannya, KH. Afif teringat akan kisah yang masyhur yaitu kisah terlambatnya seorang sahabat Nabi bernama Ka’ab bin Malik pada peristiwa perang Tabuk. Beliau, berharap Allah SWT mengampuni atas keterlambatan Pondok Krapyak dalam menyambut Syaikh Fadhil, sebagaimana Nabi juga mengampuni sahabat Ka’ab bin Malik.
Pada akhir sambutannya, KH. Afif berharap Syaikh Fadhil berkenan untuk membacakan do’a kepada para hadirin.
Kemudian yang terakhir, saya minta syaikhina Syaikh Fadhil berkenan untuk mendoakan kami, dan untuk pondok ini, dan seluruh civitas pondok ini agar mendapatkan kemudahan dan kelancaran sehingga para santri semuanya mendapatkan hasil maksud dalam proses mencari Ilmu.” pungkasnya.
Ijazah dan Harapan Syekh Fadhil
Acara ini mencapai puncaknya ketika Syekh Fadhil memberikan ijazah doa dan wirid Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani kepada para hadirin. Beliau mengatakan bahwa didalam kitab aurad Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani terdapat sholawat sholawat busyro, yang dimana bagi siapa saja yang istiqomah mengamalkan akan diberikan ilmu manfaat, keturunan sholih sholihah, reekinya lancar, suami/istri solikhah. Terkhusus bagi yang mengamalkannya setelah sholat tahajud maka akan dianugerahi istri/suami yang setia. Menutup pemaparannya, beliau berharap bisa kembali berkunjung ke Pondok Pesantren Krapyak untuk mengkaji kitab-kitab karya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bersama para Kyai, guru-guru, dan ustadz-ustadz semua.” Pungkas beliau.
Di bawah naungan hikmah dan keberkahan, kehadiran Syaikh Fadhil Al-Jilani di Pondok Pesantren Krapyak menjadi napas baru yang menghidupkan semangat keilmuan. Dengan penyampaian mendalam tentang keutamaan ilmu, penghormatan Allah kepada para ulama, serta wasiat abadi Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, beliau membingkai kebesaran hati seorang pecinta ilmu dalam keikhlasan amal. Penyerahan ijazah Kitab Aurod menjadi lambang cinta kepada sunnah dan warisan ruhani. Dalam sambutan hangat pengasuh PP Krapyak, terajut harapan agar cahaya ilmu dan keberkahan ini terus menyinari generasi umat hingga akhir zaman.
Demikian sebagai pamungkas, penulis berdo’a Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, berkah, dan kesehatan kepada para ulama, khususnya masyayikh Pondok Pesantren Krapyak, yang tak henti-hentinya menerangi umat dengan ilmu dan keteladanan. Semoga perjuangan mereka menjadi amal jariyah yang mengalir hingga akhir zaman, dan Allah SWT meninggikan derajat mereka di dunia dan akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.”
Pewarta: Faizal Basri | Foto: Adam