RMI Selenggarakan Seminar Hybrid Pra Silatnas 3 Mengangkat Tema ‘Sinergi Gerekan Perempuan Pesantren Peradaban Dunia’

Dalam rangka menyambut Silaturahmi Nasional Bu Nyai Nusantara ke-3 di Semarang, Jawa Tengah. RMI PWNU DIY menyelenggarakann seminar hybrid dengan tema “Sinergi Gerekan Perempuan Pesantren Peradaban Dunia” di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Ya Lal Wathon. Ibu Nyai Hj. Nelly Umi Halimah selaku shohibul bayt memberikan kata sambutan, mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kerawuhan para bu nyai.

“Alhamdulillah pada siang hari ini diparingi rahmat yang banyak sehingga kita dapat berkumpul disini. Setelah pandemic selama 2 tahun. Mohon maaf jika banyak kekurangan dalam menyiapkan tempat dan penyambutannya”.

Bapak KH Nilzam Yahya selaku ketua RMI dan pengasuh Pondok Pesantren Krapyak juga menyampaikan sambutannya. Beliau menyampaikan bahwa perempuan adalah yang membangun peradaban dunia. Seperti Siti Khadijah yang senantiasa mengorbankan apa saja hingga harta kekayaan nya untuk mendukung kesuksesan dakwah Nabi Muhammad SAW.

“Saya yakin, betapa pentingnya peranan para bu nyai untuk menjaga santri dan pemudi bangsa Indonesia. Karena kekuatan pondok pesantren ada pada ibu nyai nya”.

Acara seminar ini dipandu oleh Ibu Nyai Hj. Maya Fitria, pengurus RMI PWNU DIY sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Krapyak. Beliau menyampaikan bahwa aktivitas NU ini punya dasar sejarah nya sehingga sangat dibutuhkan wejangan dari para sesepuh NU.

Narasumber pertama oleh Ibu Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal, beliau aktif dan sudah lama berkiprah di NU khususnya di Muslimat NU, selain aktif di NU beliau juga pengasuh Pondok Pesantren al-Munawwir, Krapyak.

Ada tiga poin yang beliau sampaikan, pertama bahwa RMI merupakan badan otonom nya PBNU, bukan karangan akan tetapi lembaga yang ada di dalam PBNU dan sesuai dengan AD/ART nya PBNU. Kedua, selalu memberikan informasi yang penting kepada santri putra/putri khususnya terkait tentang Pendidikan, karena dunia sangat membutuhkan santri. Ketiga, Bu Nyai itu seorang pejuang. Tanpa para bu nyai, manajemen pondok pesantren tidak akan berjalan dengan baik.

Disambung narasumber kedua oleh ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali, pengurus RMI sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Krapyak. Beliau menyampaikan sebagai perempuan mempunyai maqom yang sama dengan kaum laki-laki.

 “Menurut saya, justru kemampuan perempuan pesantren itu tidak terbatas. Betapa luar biasanya para ibu Nyai di berbagai Pondok Pesantren.” Ungkap beliau.

Beliau berharap, bahwa para bu nyai bisa ikut berikhtiar menjadikan pesantren lebih maju, dan support untuk pesantren yang baru memulai.

 

Pewarta : Meyreza Ds

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *