www.krapyak.org; Halaqah Fiqih Peradaban yang digelar oleh PBNU pada Kamis (11/08/2022) di aula Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta ini menjadi pembuka dari seluruh rangkaian acara Halaqah yang akan dilaksanakan di 250 titik di seluruh Indonesia. Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 250 tamu undangan, terdiri dari PBNU dan tamu undangan lain dari PWNU DIY dan PWNU Jawa Tengah serta pengasuh dari pondok pesantren Krapyak. Turut hadir dalam acara ini para pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, H. Erick Thohir (Menteri Badan Usaha Milik Negara) selaku SC panitia Harlah1 Abad NU, KH. Miftahul Akhyar (Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), KH. Ahmad Said Asrari (Katib ‘Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), KH. Yahya Cholil Tsaquf (Ketua Umum Tanfidzyiah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), KH. Saifulloh Yusuf (Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), KH. Mas’ud Masduqi (Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY), KH. Ubaidillah Shodaqoh (Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah), KH. Ulil Abshor Abdalah (Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), KH. Ahmad Zuhdi Muhdlor (Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY), dan segenap jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY Dan Jawa Tengah lainnya.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali (Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak) selaku shohibul bayt. Beliau mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh peserta dan mengungkapkan banyak rasa syukur atas terpilihnya Pondok Pesantren Krapyak sebagai tempat pelaksanaan pembukaan halaqah ini. Dari peristiwa ini mengingatkan beliau kepada sosok KH Ali Maksum yang pasti sangat bangga jika menyaksikan acara ini, dimana para santri alumni terbaiknya bisa berada di puncak kepemimpinan PBNU.
Kemudian dalam sambutan kedua dari bapak H. Erick Thohir (Menteri Badan Usaha Milik Negara) selaku Ketua Panitia Satu Abad Nahdlatul Ulama, menyampaikan bahwa sebagai organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama menjadi tonggak penting dalam menyusun pondasi keislaman selama satu abad kedepan dan seterusnya. Sekaligus menjawab arus peradaban dan tantangan zaman, serta tetap menjaga kebangsaan di bawah Pancasila dan NKRI. Selain itu, beliau mengatakan bahwa jangan sampai Indonesia menjadi negara maju tapi tidak berbudaya, mengalami kemajuan tapi dengan tidak berakhlak. Oleh karena itu, kita perlu menciptakan calon-calon pemimpin yang tidak akan dzalim, khususnya dari kalangan santri. Harapannya Nahdlatul Ulama bisa berkontribusi terhadap peradaban umat muslim di indonesia untuk satu abad kedepan.
Ada sembilan rencana program peringatan 1 abad Nahdlatul Ulama yang disampaikan oleh beliau: NU Tech, NU Women, Festival Tradisi Islam Nusantara, Anugerah Tokoh Nahdlatul Ulama, Pekan Olahraga NU, Muktamar Intenasional Religion of Twenty, Gerakan Kemandirian NU, Muktamar Fiqih Peradaban, dan Resepsi Satu Abad NU. Acara dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata dari keluarga besar Pondok Pesantren Krapyak berupa hiasan kaligrafi Nadzam Asmaul Husna karya santri Pesantren Krapyak.
Afifuddin Muhajir (Wakil Rais ‘Am PBNU) juga memberikan taujihat atau arahan mewakili Rais ‘Aam perihal fiqih peradaban, “Mudah-mudahan kegiatan yang pertama ini akan diikuti kegiatan-kegiatan selanjutnya yang bermanfaat.”
Setelah sesi pergantian acara peluncuran usai, acara dilanjut dengan inti acara hari ini yaitu Halaqah Fiqih Peradaban dengan tema “Fiqih Siasah dan Realitas Peradaban Baru”. Acara ini merupakan seri atau Halaqah pertama dari 250 halaqah yang sedianya dilangsungkan di beberapa lokasi,
Dimoderatori oleh Prof. Dr. phil. Sahiron Syamsudin, M.A. (Wakil Ro’is Syuriah PWNU D.I.Y/ Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah) menyampaikan bahwa,
“Krapyak menjadi permulaan rangkaian halaqah yang akan berujung di Muktamar Internasional Fiqih pada Februari mendatang. Seri halaqah ini adalah momentum berakhirnya peradaban lama sekaligus bermulanya peradaban baru. Sejak pertama dicetuskan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), halaqah ini menjadi ajang pemikiran para ulama Nahdliyin dalam membahas problematika yang terus berkembang seiring perubahan zaman. Dalam menghadapi tantangan peradaban, para ulama harus bisa memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat kedepannya.
Dalam sesi penyampaian materi halaqah dalam tajuk ”Fiqih Siyasah dan Realitas Peradaban Baru” ini, KH. Yahya Cholil Tsaquf selaku narasumber pertama mengemukakan beberapa hal, salah satunya yaitu alasan kenapa Krapyak dipilih menjadi arena kick off dari rangkaian 250 halaqah, karena tempat ini menjadi saksi Muktamar tahun 1989 yang bersejarah melahirkan keputusan monumental bahwa fiqih perlu dikontestualisasikan dengan perkembangan zaman dan Mbah Ali merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Beliau juga menambahkan bahwa kelahiran NU ini sebagai upaya perintis peradaban baru karena bertepatan dengan kelahiran NU pasca berakhirnya peradaban yang telah berlangsung berabad-abad. Keruntuhan Turki pada saat itu merubah struktur sosial politik di dunia keislaman. Padahal dulu hukum fiqih itu sedikit banyak bergantung pada sosial politik seperti pentingnya posisi imamah dan hakim yang tidak ditemukan saat ini. Selain itu, beliau mengingatkan lagi betapa perlunya perspektif sebagai syariat dan kerangka politik yang efektif untuk memastikan berlakunya norma-norma dalam rangka tertib sosial. Terakhir Gus Yahya “memberi PR” kepada para kiai dan ulama untuk menjawab permasalahan tersebut; Dengan berseloroh, beliau memposisikan diri sabagai mustafti atau orang yang meminta fatwa.
Lebih jauh, KH. Afifuddin Muhajir menyambung ungkapan Gus Yahya, yang diposisikan sebagai mufti (orang yang memberi fatwa), sebagai narasumber kedua menjelaskan bahwa Fiqih Peradaban diistilahkan dengan fiqhul hadlarah yang berarti terdepan, kebalikan dari Badawi yang berarti primitif atau terbelakang. Beliau juga mengatakan bahwa fiqih peradaban ini meski bungkusnya baru, tapi sesungguhnya substansinya lama. Menurut beliau, halaqah ini penting, karena membahas bagaimana cara kita menghadapi tantangan peradaban.
Pewarta : Ajmala Azka
Editor : Adam NFF
Foto : Galih