Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. NU sendiri artinya kebangkitan ulama. Pada hari Sabtu, 28 Mei 2022, PWNU DIY mengadakan serangkaian acara Halal Bi halal, Pelantikan Pengurus Lembaga, dan Musykerwil Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta masa khidmat 2022-2027 di Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Pada kesempatan tersebut, beberapa pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum dilantik sebagai pengurus lembaga Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah (RMI) PWNU DIY. Bapak KH. Muhammad Nilzam Yahya, M.Ag. dilantik sebagai ketua RMI PWNU DIY serta Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali (wakil ketua) dan Ibu Nyai Hj. Maya Fitria (anggota) juga dilantik sebagai jajaran pengurus RMI PWNU DIY.
Bapak KH. Muhammad Nilzam Yahya menyampaikan permohonan doa serta pangestu agar dapat menjalankan amanah sebagai Ketua RMI PWNU DIY dengan tuntas dan sebaik-baiknya. Ditambahkan beliau bahwa ada yang baru dalam kepengurusan RMI kali ini yang berbeda dengan kepengurusan periode-periode sebelumnya, yaitu masuknya para bunyai dalam kepengurusan RMI PWNU DIY. Diharapkan dengan masuknya para bunyai ini akan mewarnai sekaligus mengoptimalkan program-program kerja RMI secara umum dan secara khusus menyasar kepada para santri dan pengasuh pesantren putri. Misi tersebut secara khusus akan mengawal program-program kerja pengembangan dan pemberdayaan pesantren putri.
“Ajakan Suci” dari Mbah Ali Untuk Warga NU
Pada kesempatan tersebut, bapak DR. KH. Zuhdi Muhdlor Ketua Tanfidziyah RMI PWNU DIY, menyampaikan kata sambutannya bahwa orang NU itu harus tahu NU, seperti pesan yang disampaikan oleh KH. Ali Maksum dalam karya beliau dengan judul ‘Ajakan Suci’. Banyak hal menarik yang harus diketahui oleh warga NU tertuang di dalamnya.
Dalam buku tersebut, KH. Ali Maksum menjelaskan bahwa ada 5 bekal perjuangan yang harus dimiliki oleh seluruh warga NU. “Pertama, pengurus jajaran NU harus mempunyai sikap Ats-Tsiqatu bi nahdlatil ulama (percaya terhadap Nahdlatul Ulama), bahkan jalan hidup yang kita pilih dalam ber-Islam ini adalah Islam ahlu sunnah wal jama’ah an-nahdliyyat. Ini harus kita yakini, inilah jalan yang akan menyelamatkan kita. Kita adalah orang NU, ahlu sunnah wal jama’ah ala NU. Kedua, al-ma’rifatu wal istiqonu bi nahdlatil ulama. Kita harus paham NU. Bahasanya mbah Ali ngilmuni. Kita harus ngilmuni NU itu apa. Agar kita menjadi orang NU yang linier. Orang NU yang linier adalah orang NU yang antara mindset nya itu mindset nahdliyyah, fiqroh nahdliyyah, amaliyah nahdliyat, siyasah nahdliyat, harokah nahdliyat. Ketiga, al-‘amalu bi ta’limi nahdlatil ulama (beramaliyah dengan amal sebagaimana pengajaran dari para kyai dan ulama NU) ajaran NU adalah yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits yang dinarasikan menurut bimbingan madzhab. Tidak melulu menuruti akal yang kadang dominan terhadap nafsu. Namun, peran akal mempunyai porsi seluas-luasnya tapi dengan bimbingan yang tertib dan sempurna. Keempat, al-jihadu fii sabili nahdlatil ulama, konsisten berjihad di jalan NU. Memperjuangkan NU agar tetap jaya dan berkembang pesat, dengan bimbingan dan restu para ulama. Terakhir, ash-shobru fii sabili nahdlatil ulama. Menjadi orang NU itu harus sabar. Baik sabar dalam melakukan tugas, dan sabar dari bujuk rayu yang tidak senada dengan ajaran-ajaran NU serta bujuk rayu duniawi”. Jelas bapak DR. KH. Zuhdi Muhdlor
(Meyreza)