KH Afif Muhammad: Mbah Ma’shum Ahmad, Sosok Pecinta Ilmu, Dzikir dan Sholawat, Sang Guru Sejati

KRAPYAK.org – Komplek H Pondok Pesantren Krapyak mengadakan majlis diba’ sekaligus memperingati haul ke-52 KH Ma’shum Ahmad Lasem pada Kamis malam, 21 September 2023. Pada kesempatan itu, Pengasuh Komplek H, KH Afif Muhammad menyampaikan sosok dan kiprah KH Ma’shum kepada para santri.

KH Ma’shum Ahmad meninggal pada 12 Ramadhan 1392 H atau bertepatan dengan 20 Oktober 1972 di umur ke-102 tahun. Namun sebelum meninggal, beliau pernah berpesan kepada keluarga, bahwa beliau ingin haul untuk dirinya dilaksanakan di bulan Maulud tanggal 6. Maka sejak itulah, haul Lasem selalu diadakan di bulan Maulud tanggal 6, seperti sekarang ini.

Beliau, Mbah Ma’shum, merupakan seorang yang sangat mencintai ilmu, seorang pecinta ilmu, dan seorang yang berupaya untuk terus belajar. “Kalau kita baca dalam sejarah hidup beliau. Beliau ini mengaji ke berbagai pondok, ke berbagai kiai, bukan hanya di satu pondok saja, melainkan di berbagai pondok. Sampai berkesempatan belajar ke Mekah” tutur KH Afif Muhammad. Selain senang belajar, selain pecinta ilmu, Mbah Ma’shum juga merupakan sosok yang selalu memperbanyak dzikir dah sholawat.

Pak Afif (sapaan akrabnya) menambahkan, “Mbah Ma’shum merupakan seorang bapak rumah tangga, kepala rumah tangga biasa, seorang pedagang, yang kemudian di stasiun, beliau mendapatkan mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Kemudian diberi pangendikan di dalam mimpi tersebut. Ucapan Rasulullah di mimpi tersebut adalah, laa khaira illa bi nasyril ilmi (Tidak ada kebaikan kecuali menyebarkan ilmu).”

Seketika Mbah Ma’shum kemudian terbangun dan masih diliputi dengan suasana terkejut, tidak menyangka, karena keadaan dan situasinya sedang berada di stasiun. Demikian pula, keadaan beliau sedang dalam kondisi berdagang. Mimpi tersebut kemudian beliau sampaikan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, meskipun lebih muda dari beliau, namun juga merupakan guru beliau. Mbah Ma’shum juga sering mengaji dan mondok di Tebuireng kala itu.

Kemudian, Mbah Ma’shum menyampaikan apa yang baru saja ia terima itu dan disebutkan jawaban dari Mbah KH Hasyim Asy’ari, “Sudah jelas dan tidak perlu memerlukan adanya penjelasan dan taklil-taqwiim. Tidak ada kebaikan kecuali menyebarkan ilmu.” Sejak saat itulah, Mbah Ma’shum mulai mengajar, mulai membangun godakkan untuk para santrinya dan meletakkan rasa pasrahnya di hadapan Allah SWT.

Hari berganti hari, tahun berganti tahun, begitulah keadaan dan apa yang dilakukan oleh Mbah Ma’shum di dalam hidupnya. Beliau menyatakan bahwa bermimpi bertemu dengan Nabi hingga belasan kali semasa hidupnya. Riwayat ini tentu jelas karena beliau ini memiliki kesukaan dalam berdzikir dan bersholawat.

Tak hanya itu, upaya beliau untuk hubbun Nabi wa Ahliy juga dengan menziarahi dan bersilaturahmi kepada para habaib dan habaib yang sudah meninggal, yaitu di makam para habaib. Seperti di Pekalongan, Tegal, Ampel dan daerah lainnya. Dari hal-hal dan kebiasaan-kebiasaan beliau selama hidup itulah yang menunjukkan rasa pantasnya jika beliau sering mimpi bertemu dengan Rasulullah.

Begitu juga dengan Istri Mbah Ma’shum, yaitu Mbah Nyai Nuriyah. Nyai Nuriyah bertemu dengan nabi hingga puluhan kali, bahkan sampai diberi oleh-oleh oleh Nabi, baik di Mekah, di Ka’bah maupun di Lasem. Hal tersebut sangat masyhur di kalangan orang Lasem.

Foto: PP Al Hidayat Lasem