KRAPYAK.org – Hubabah Ummu Salim istri Habib Umar bin Hafidz dan Putri dari Habib Muhammad al-Hadar melewatkan kunjungan ke Indonesia. Salah satu kunjungannya ialah di Pondok Pesantren Krapyak dengan tajuk Cahaya Tarim di Bumi Krapyak, bertempat di Aula Asrama Madrasah Aliyah Selatan pada Senin malam, 28 Agustus 2023.
Para santri, khususnya santri putri Pondok Krapyak dari tingkat Madrasah, tingkat mahasiswa, Ibu Nyai Pengasuh Pondok hingga masyarakat sekitar sangat antusias dan menyambut hangat sosok guru mulia ini. Rawuh-nya Hubabah Ummi Salim, merupakan sebuah sejarah yang indah bagi Pondok Pesantren Krapyak, yang diharapkan dapat memberikan manfaat, barokah dunia maupun di akhirat.
Dalam tajuk Cahaya Tarim di Bumi Krapyak, Hubabah memulai mauizah dengan kalimat pujian dan syukur untuk memohon rahmat dan ampunan Allah SWT pada setiap sholawat salam yang sempurna. Selanjutnya, beliau memberikan pesan untuk setiap orang yang belajar dan mengajarkan ilmunya. “Amal perbuatan dari orang yang belajar dan mengajarkan apa yang ia dapat, merupakan hal yang sangat dicintai Allah SWT.”
Selanjutnya, beliau memberikan perumpamaan terhadap tempat menimba keilmuan, yaitu pesantren. Seperti halnya masjid-masjid yang ada di dunia ini, ketika saatnya nanti bangunan-bangunan, hotel-hotel, perusahaan-perusahaan dan sebagainya hancur. Maka, masjid dan pesantren akan beriringan berjalan menuju hadapan Allah. Dengan berdirinya pesantren, juga akan menjadikannya Shodaqah Jariyah bagi para pendirinya. Sebab, pesantren merupakan terminal-terminal keilmuan, tempat ijabah, serta tempat yang paling suci, yang juga dicintai Allah SWT.
Dalam mauizahnya, Hubabah Ummu Salim menyampaikan hikmah tentang penciptaan manusia. Bahwa manusia tercipta ialah dari satu tetes air yang kecil (Mani), yang kemudian air tersebut menjadi segumpal darah dan berubah menjadi segumpal daging. Lantas Allah menurunkan malaikat ke perut ibu untuk meniupkan ruh di dalamnya.
Allah telah menampakkan keagungan kepada diri kita di dalam bentuk masing-masing, yang kemudian Hubabah mengucap kekaguman atas hikmah-hikmah yang Allah berikan dalam membentuk tubuh dengan rangka yang teratur. Dari tulang, darah, daging, urat, otak, kuku, rambut dan sebagainya. Itu semua dapat diketahui, bahwa daging bukanlah tulang, tulang bukanlah darah, dengan bentuk-bentuk yang berbeda namun bisa saling melekat dan menyayangi untuk membentuk kerangka manusia yang sempurna.
Kemudian, setelah Allah menciptakan manusia, Ia mampu mengembalikan ruh tersebut ke asalnya. Sebab, setiap manusia yang dulunya tercipta dari tiupan ruh di dalam perut seorang ibu, lalu melihat dunia, dan setelahnya akan dikembalikan lagi serta telah diatur durasi hidupnya di dunia.
Bahwa segala sesuatu tentang mengembalikan ruh dalam diri manusia hanyalah kuasa Allah SWT. Dalam detik-detik sakaratul maut, mansusia tidak akan mungkin bisa mengembalikan ruhnya di ambang kematian. Kecuali hanya menuntun manusia tersebut mengucapkan “ampunilah kami” dan kalimat la ilaha illa Allah. Sekalipun orang-orang dari zaman dulu dan akhir zaman dikumpulkan bersama, tetap tidak akan ada yang dapat mengembalikan ruh tersebut.
Keluarnya ruh tersebut juga pasti akan berbeda-beda, tergantung bagaimana hidupnya di dunia. Seperti golongan Muqorrobin, yaitu golongan yang dicintai Allah, diberi agama Allah, dan meneladani Rasulullah, nantinya akan ditempatkan ke dalam surga.
Namun, bagi orang-orang yang tidak termasuk ke dalam golongan tersebut, akan dimasukkan ke dalam Neraka Jahiim. Telah disebutkan dalam beberapa riwayat, bahwa para penghuni Neraka Jahiim dapat diibaratkan manusia seperti menjadi biji kopi yang digoreng, tidak bisa tenang, tidur, duduk, bahkan jalan. Dan hal-hal yang telah dijelaskan tersebut termasuk dari Haqqul Yaqin.
Setelah menyebutkan Haqqul Yaqin, Hubabah melanjutkannya dengan menilik perbedaan antara Ilmu al Yaqin, ‘Ainul Yaqin, dan Haqqul Yaqin.
- ‘Ilmu al Yaqin, seperti pada contoh, ketika kita bertanya kepada santri Pondok Pesantren, “Apakah di Pondok ada air?” kemudian para santri menjawab, “iya”. Maka, dapat disimpulkan bahwa di Pondok Pesantren terdapat air sebab jawaban dari para santri.
- ‘Ainul Yaqin, berbeda dengan ‘Ilmu Yaqin, ketika orang mengetahui bahwa di Pondok Pesantren terdapat air sebab diri orang tersebut melihat dengan mata kepalanya sendiri.
- Haqqul Yaqin, kita tidak sekadar mengetahui bahwa terdapat air di Pondok Pesantren sebab yang dikatakan oleh para santri atau melihatnya secara langsung. Haqqul Yaqin berarti kita telah meminum air tersebut dan telah merasakannya.
Pada pungkasnya, Hubabah Ummu Salim membacakan doa Nabi Muhammad yang diberikan kepada Sayyidah Fathimah,
يَا أَوَّلَ الْأَوَّلِينَ
يَا أَخَرَ الْآخِرِيْنَ
يَا ذَا الْقُوَّةِ الْمَتِينَ
يَا رَاحِمَ الْمُسَاكِن
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين
Pewarta: Attaya Grandiv [XII IPA B]