Ilmu sebagai Jembatan Menuju Kehadiran Ilahi

KRAPYAK.org – Esensi dari kebodohan sendiri sebenarnya adalah dasar pokok dari setiap keburukan, sumber dari setiap bahaya, dan sama seperti dengan yang dikatakan Rasulullah SAW:

الدنيا ملعونة، ملعون ما فيها، إلّا ذكر الله، و عالم و متعلّم

“Dunia itu la’nat, para orang yang terkutuk ada di dalamnya, kecuali orang yang masih mengingat Allah, berilmu, dan melanggengkan ngaji.”

Allah SWT juga menyampaikan bahwa demi kemuliaan-Nya, Allah tidak menciptakan sesuatu yang Allah benci. Dimana ketika sesuatu itu diminta untuk menghadap malah membelakangi, dan ketika diminta membelakangi malah menghadap, (diartikan seperti melakukan keburukan dan menjauhi kebaikan). Tidak ada musuh yang lebih bermusuhan dari kebodohan dan seseorang adalah musuh dari ketidaktahuannya.

Yang dibutuhkan sekarang adalah adanya orang berilmu. Bahkan, lebih mulia ahli ilmu dari pada ahli ibadah. Mengapa demikian? Karena ibadah merupakan urusan personal hamba dengan tuhannya, sedangakan ilmu akan memberi kemanfaatan bagi banyak orang. Ilmu memiliki keistimewaan tersendiri bagi siapapun yang mau mencarinya. Bahkan sesederhana kalimat laa ilaaha illallah akan berbeda jika diucapkan dengan ilmu dan tanpa ilmu.

Menguasai ilmu untuk kepentingan pribadi saja sudah merupakan langkah yang baik, namun ketika ilmu tersebut dipergunakan untuk berkontribusi dalam masyarakat, mengajar, dan menyebarkannya, dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Sebagai contoh, seorang dokter tidak hanya perlu memahami secara umum tentang tubuh manusia, tetapi juga harus memiliki pengetahuan yang spesifik, konkrit, dan kompleks tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Hanya dengan pemahaman yang mendalam ini, dokter dapat memberikan pelayanan dan pengabdian yang maksimal kepada masyarakat yang membutuhkan.

Menyadari pentingnya mempertahankan fokus pada pembelajaran yang sedang dijalani adalah langkah pertama dalam menghadapi godaan untuk teralihkan oleh hal-hal yang tidak relevan. Ini merupakan ujian dari Allah yang menguji ketekunan kita dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ilmu yang diperoleh haruslah relevan dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tempat kita berada. Terlalu sering, manusia terjebak dalam pola pikir yang hanya mengaitkan ilmu dengan mencari rezeki semata. Namun, yang sebenarnya perlu diperhatikan adalah tujuan dari ilmu tersebut, bukan hanya materi yang dapat diperoleh. Pentingnya melihat esensi dari suatu tindakan, memahami tujuan di balik setiap usaha, dan menghindari keserakahan yang hanya didorong oleh hawa nafsu semata.

Dikutip dari Pengajian Ramadhan KH Zaky Muhammad | Kitab Risalah Mudzakarah | 18 Maret 2024

Pewarta: Attaya Grandiv [XII MA] | Foto: Aldi Hardinata