Taujihat KH. Afifuddin Muhajir pada Seri Halaqah Fiqih Peradaban Krapyak: Bungkus Baru, Isi Lama

Wakil Rais ‘Aam PBNU, KH. Afifuddin Muhajir menyampaikan taujihat (arahan) dalam acara Seri Halaqah Fiqih Peradaban di Aula Asrama Putra Madrasah Aliyah (MA) Ali Maksum Krapyak mewakili Rais ‘Aam KH. Miftahul Akhyar, pada Kamis (11/8/22).

Kiai yang sering disapa dengan panggilan Kiai Afif ini, menyampaikan taujihat setelah sambutan yang disampaikan oleh Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali Maksum mewakili shahibul bait dan sambutan Menteri BUMN, Erick Thohir sebagai steering committee Harlah Satu Abad NU.

Dalam sambutannya, Kiai Afif menjelaskan bahwa istilah ‘fiqh peradaban’ sebenarnya bukanlah hal yang benar-benar baru, namun hanya bungkusnya saja, bukan substansinya.

“Kesempatan pertama kita diberi tugas oleh Nahdlatul Ulama untuk membahas persoalan yang sesungguhnya bungkusnya baru, akan tetapi substansinya lama, yaitu fiqh peradaban,” kata Kiai Afif, pada permulaan taujihat.

Naib Mudir Ma’had Aly Salafiyah Situbondo tersebut menyampaikan bahwa istilah ‘fiqh peradaban’ ini masih cukup asing di telinga para santri.

“Para santri khususnya di daerah Madura barangkali masih sangat asing dengan istilah fiqh peradaban. Yang paling sering mereka dengar adalah fiqh munakahat dan fiqh nisa. Sementara fiqh peradaban masih baru,” candanya, diiringi dengan tawa para hadirin.

Dampak dari pengggunaan istilah baru ini, seringkali ditemukan kesalahpamanan terhadap istilah ini, seperti penyamaan antara ‘fiqh peradaban’ dengan ‘fiqh adab’ yang sebenarnya keduanya ini berbeda.

“Karena masih baru, ada beberapa salah paham tentang fiqh peradaban. Ada yang mengatakan fiqih adab atau sopan santun, fiqih yang mengatur hubungan murid dan guru, mengatur hubungan kiai dan santrinya, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang dimaksud seperti yang kita bahasakan hari ini adalah fiqih peradaban yang identik dengan fiqh hadharah. Kata ‘hadharah’ berlawanan kata dengan ‘badawi’ yang artinya terbelakang. ‘Insan badawi’ berarti manusia-manusia primitif,” lanjut Kiai Afif.

Dalam kesempatan ini juga, Kiai Afif menerangkan bahwa sebenarnya yang diberi beban utama oleh Allah untuk membangun peradaban di atas bumi ini adalah umat manusia. Umat manusia diangkat sebagai khalifah fi al-ardl sekaligus sebagai amirun fi al-ardl, sambil menyebutkan ayat:

 

هُوَ أنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَ اسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا،  أَيْ جَعَلَكُمْ أَمَّارًا فِي الأرْضِ

Allah menjadikan kalian sebagai ‘amir, yakni makhluk-makhluk pembangunan di muka bumi ini. Pembangunan yang dimaksud di sini bukan hanya pembangunan gedung-gedung, akan tetapi juga membangun akhlak dan adab manusia.

Pada kesempatan kali ini Kiai Afif memberikan taujihat yang meskipun singkat, namun sarat makna. Kiai Afif berharap kegiatan halaqah pertama ini akan diikuti kegiatan-kegiatan yang lain dan berharap halaqah ini ke depannya bisa mendatangkan manfaat bukan hanya bagi Indonesia, akan tetapi juga bagi dunia.

 

Pewarta           : Qonita Khoirunnisa

Editor              : Adam NFF

Potografer       : Galih A