Pemabuk Cinta

“Man ‘asyiqa fa ‘affa wa katama tsumma maata fahuwa syahiid”

“Barangsiapa mabuk cinta, lalu menjaga diri (dari hal-hal yang tak baik) dan merahasiakan cintanya, kemudian wafat, maka dia adalah syahid.”

Hadits kontroversial yang banyak didhaifkan oleh ulama. Akan tetapi pesannya sangat baik, yakni bahwa cinta sudah seharusnya dibiarkan suci dan jangan dikotori dengan kemaksiatan-kemaksiatan. Dan jika perlu, kesuciannya ditebus dengan nyawa. Sungguh mulia mereka yang jatuh cinta, yang karena tak mungkin diteruskan rela menyimpannya dalam hati hingga menghembuskan nyawanya.

Ini barangkali yang menjadi salah satu pertimbangan bagi pakar Hadits modern, Ahmad bin Shiddiq al-Ghimary, untuk membela Hadits tersebut sehingga menulis buku yang secara khusus menolak kedhaifannya, “Dar’ adh-Dhu’fi ‘an Haditsi Man ‘Asyiqa ..”

Hati memang ada dalam tubuh tiap manusia, tapi ia bukan miliknya. Ia bisa memilih kekasihnya sendiri tanpa dia mampu menolaknya. Maka ketika ia memilih yang tidak semestinya, dia harus menjaga diri agar tidak hanyut olehnya. Sedikit yang mampu melakukannya, dan yang sedikit ini adalah kekasih Allah SWT. Jika dia kemudian mati karena cintanya maka dia adalah syahid.

Al-Ushmu’i, sastrawan dan ahli bahasa klasik, menuturkan pengalamannya:

Saat saya berjalan menelusuri pedalaman padang pasir saya melewati sebuah batu. Di situ tertulis sebuah bait syair:

“Wahai para pemabuk cinta .. demi Allah ceritakan padaku, jika seorang pemuda mabuk cinta apa yang mesti dia lakukan ..?”

Saya pun menulis di bawahnya:

“Dia bujuk cintanya .. lalu menyimpan rahasianya .. Dia tunduk lah dan pasrah lah dalam segala urusannya ..”

Hari berikutnya saya kembali, dan mendapati bait syair di bawahnya:

“Bagaimana pemuda itu bisa membujuk cintanya, sementara cinta telah membunuhnya .. dan setiap hari hatinya tersayat .. ”

Saya tuliskan bait syair berikutnya:

“Jika dia tak memiliki kesabaran untuk menyimpan rahasianya, maka hanya kematian lah kebaikan yang tersisa baginya .. ”

Saya kembali lagi di hari ketiga. Di sana ada seorang pemuda mati terkapar persis di bawah batu tersebut. Di bagian bawah termaktub dua bait syair:

“Sendiko dawuh! kematian telah menjemput! Sampaikan salamku kepada seseorang yang melarang perjumpaan cinta ..

Untuk mereka yang bergelimang kenikmatan, nikmatilah kenikmatan kalian .. dan bagi pemuda pemabuk cinta yang miskin hanya racun yang dia tenggak ..”

Pemuda pemabuk cinta ini boleh jadi adalah syahid!

Wallaahu a’lam bishshawaab ..

Abdul Ghofur Maimoen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *