Mengenal Sifat-Sifat Rasulullah dalam Ayat Pembuka Kitab Maulid Diba’

KRAPYAK.org  – Pembacaan maulid kepada Rasulullah Shollallahhu ‘Alaihi Wassalam merupakan salah satu tradisi masyarakat Indonesia yang masih dilestarikan hingga kini. Tradisi yang masih mengalir tersebut dikarenakan rasa kecintaan umat muslim terhadap Rasulullah Shollallahhu ‘Alaihi Wassalam serta ganjaran yang menjanjikan. Tersebar di seluruh penjuru dunia kitab-kitab Maulid seperti Barzanji, Burdah, Simtudduror dan salah satu yang termasyhur dan mayoritas digunakan serta disukai masyarakat Jawa ialah Maulid Diba’i.

Maulid Diba’i ini dikarang oleh Syeikh Wajihhuddin Abdurrohman bin ‘Ali bin Muhammad Ad-Diba’iy, salah satu ulama kelahiran Yaman. Maulid ini tidak hanya berisi kisah perjalanan Rasulullah, tetapi juga disertai dengan ayat Al-Qur’an, Hadits, dan Sholawat yang dapat menjadi media dalam mengingat dan meneladani Rasulullah Shollallahhu ‘Alaihi Wassalam.

Seperti yang telah disebutkan, Pengarang Maulid Diba’i mengawali rangkaian kitabnya dengan Quran Surah At-Taubah ayat 128.

لَـقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ‏ 

Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Melalui Pengajian Khusus Ramadhan 1446 H, KH Hilmy Muhammad menjabarkan makna dari ayat tersebut. Beliau menjelaskan bahwa utusan yang diutus Allah kepada umat manusia sebagai tauladan adalah مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ yang berarti sesama kalian (manusia). Hal ini dikarenakan seseorang yang diutus untuk menjadi teladan umat manusia maka ia harus memiliki rasa, fitrah, dan emosi yang sama layaknya manusia pada umumnya.  Sebab, dengan rasa kesamaan secara fitrah dan bahasa maka seorang utusan dapat mengarahkan dan menjadi inspirasi umat manusia dalam menjalani kehidupan.

Pada penggalan ayat selanjutnya yaitu عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ memberi penjelasan bahwa nabi yang diutus kepada umat manusia ialah Nabi yang memiliki rasa empati dan prihatin terhadap kesuiltan dan keresahan yang dialami oleh umat manusia. Serta pada lanjutan ayat حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ yang menunjukkan bahwa Rasulullah sangat berambisi dalam membImbing kita untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat dengan cara mengajarkan bagaimana berkehidupan di dunia, agar selamat dari kenikmatan fatamorgana serta memberikan pengetahuan berupa ganjaran-ganjaran atau amalan yang dapat menjadi bekal dalam meraih kesuksesan di akhirat. Diakhiri dengan sifat yang dimiliki oleh Rasulullah Shollallahhu ‘Alaihi Wassalam, yakni َرَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ‏ yang menunjukkan kasih sayang luar bisa yang dimiliki oleh utusan bagi umat mu’min di penjuru dunia dan di setiap masa.

Dalam penjelasan beliau mengenai makna penggalan ayat Al-Qur’an pada Maulid Diba’i ini, menggambarkan utusan yang diutus Allah kepada umat manusia merupakan seorang teladan yang memiliki rasa perhatian yang dalam terhadap segala kesulitan yang dirasakan oleh umatnya. Seorang yang memiliki rasa ambisi yang besar dalam membantu umatnya dalam meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat serta seorang figur penyantun dan penyayang bagi umatnya. 

KH Hilmy Muhammad juga menegaskan bahwa ayat ini menggambarkan tugas yang diemban oleh Rasulullah adalah untuk mengajari umat manusia agar saling menyayangi demi terciptanya rasa tentram dan damai dengan cara memanusiakan manusia. Rasa empati dan prihatin terhadap sesama manusia yang dimiliki oleh nabi adalah kiat kecil dalam menambahkan rasa syukur terhadap segala anugerah yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pewarta: Keisha Yasmine (XII IPS C) | Editor: Clara Satrianti | Dikutip dari Pengajian Ramadhan KH Hilmy Muhammad Kitab Maulid Diba’