Malam Cinta, Mengalun Syair untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Burung merpati dibelai santriwati
Malam ini kita buktikan cinta sejati hanya kepada Kanjeng Nabi

Malam hari ini adalah malam cinta, malam mahabbah kepada Kanjeng Nabi
Kelak di akhirat kita semua akan dimintai pertanggungjawaban.
Pada saat yaumul hisab, sudah pasti lebih banyak amal buruk daripada amal baiknya.
Oleh karena itu salah satu syarat agar mendapat syafaatnya adalah mahabbah kepada Kanjeng Nabi.

KRAPYAK.org – Sebuah prolog mauidhoh hasanah yang indah dari KH Nilzam Yahya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Simbah KH Ma’shoem Ahmad dan Simbah Nyai Hj. Nuriyyah Ma’shoem Lasem.

Bentuk cinta kepada Kanjeng Nabi pada malam ini diungkapkan oleh Para Kiai, Bu Nyai, dan seluruh santriwan santriwati Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum dengan melantunkan Sholawat Burdah dengan penuh rasa khidmat.

Dalam mauidhoh hasanahnya, KH Nilzam Yahya memberikan wawasan kepada para santri bahwa Kitab Burdah berisi tentang syair-syair cintanya Imam Busyiri kepada Kanjeng Rasul Muhammad SAW. Kata “burdah” sendiri memiliki arti selimut. Dikisahkan pada saat itu Imam Busyiri menulis syair cinta ini dalam keadaan sakit. Namun di tengah sakitnya, Imam Busyiri bermimpi Nabi Muhammad dan diberi selimut oleh Nabi di dalam mimpinya.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwasannya beliau ingin bertemu dengan teman dekatnya. Mendengar sabda tersebut, para sahabat bertanya “alaisa nahnu bi ikhwanikum?”, bukankah kami juga sahabatmu Wahai Rasulullah?, Kemudian dijawab oleh Nabi Muhammad bahwa yang dimaksud dengan teman dekat ialah orang-orang yang beriman kepada Nabi sekalipun tidak pernah bertemu dengan-Nya.

Kisah lain yang menggambarkan kecintaan orang alim kepada Nabi Muhammad SAW adalah kisahnya Mbah Ma’shoem Ahmad, seorang alim ulama yang berasal dari Lasem yang dimimpikan oleh Nabi pada saat beliau sedang berdagang di Bojonegoro. Dalam mimpinya, beliau diberi nasihat oleh Nabi, “Laa khaira illa fii nasril `ilmi”, tidak ada yg lebih baik daripada menyebarkan ilmu. Tak yakin menafsirkan mimpi tersebut sendiri, Mbah Ma’shoem bertanya kepada gurunya yaitu KH Hasyim Asy`ari. Dari tafsir mimpi tersebut, KH Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa mimpi tersebut sudah jelas, tidak memerlukan tafsir lagi. Kemudian Mbah Ma’shoem mendirikan Pondok Pesantren Al-Hidayat di Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

Sama seperti Mbah Ma’shoem, Mbah Nuriyyah juga sering memimpikan Nabi Muhammad SAW, lebih banyak dari Mbah Ma’shoem. Dikisahkan suatu ketika pada saat mahallul qiyam, Mbah Nuriyyah menyebut-nyebut Mbah Ma’shoem karena merasakan Rasulullah hadir di majelis. Keduanya memiliki ijazah, yang mana ijazah tersebut berisi sholawat.

Sholawat Nariyah, diijazahkan oleh Mbah Ma’shoem sebanyak 4.444x dan Sholawat Akasyah diijazahkan oleh Mbah Nuriyyah. Sholawat yang diijazahkan oleh Mbah Nuriyyah merupakan sholawat dari sahabat yang bernama Ukaisyah, salah satu diantara 70.000 sahabat Nabi yang masuk surga tanpa hisab. Sholawat ini diamalkan dengan harapan bisa masuk surga dengan tanpa hisab.

Dua cerita singkat tentang Mbah Ma’shoem dan Mbah Nuriyyah jelas menggambarkan bahwa keduanya merupakan ahli sholawat. Dan sudah sepatutnya sebagai santri juga memiliki kecintaan kepada Nabi Muhammad sebagaimana kecintaannya Imam Busyiri, Mbah Ma’shoem, serta Mbah Nuriyyah.

Semoga kita termasuk dalam golongan yang mencintai sekalipun belum pernah berjumpa dangan yang tercinta. Melalui mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita dimudahkan masuk surga melalui perantara mahabbah dan syafaatnya Nabi Muhammad SAW. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. صلوا على النبي محمد

Pewarta: Qonita Khairunnisa | Foto: Aditama Galih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *