Kiai Afif Muhammad: Menuai Hikmah Peringatan Idul Adha

Takbir menggema mengisi ruang suara langit cerah Yogyakarta, Ahad pagi (11/8). Ribuan santri putra dan putri berbusana rapi berduyun-duyun mengisi shaf yang telah disediakan di dalam Masjid Jami’ Almunawwir dan halaman Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Pagi ini bertepatan tanggal 10 Dzulhijjah 1440 H seluruh umat Islam merayakan hari besarnya.

Rangkaian ibadah shalat Idul Adha yang dimulai pada pukul 06.00 WIB tersebut berjalan dengan khidmat diiringi takbir dari para jamaah. Tepat pukul 07.00 WIB shalat dimulai, bertindak sebagai imam adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir KH. R Najib Abdul Qadir, sedangkan Khotib adalah Ketua Yayasan Ali Maksum KH. Afif Muhammad Hasbullah, MA.

Dalam khutbahnya, Kiai Afif berpesan bahwa kita harus memahami dan meresapi dari makna-makna yang terkandung dalam ibadah Shalat Id dan rangkaiannya, mengingat ibadah ini adalah ibadah rutin yang harus ditunaikan kaum muslim setiap tahunnya. Perayaan Idul Adha disunnahkan untuk menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim dan sunnah Nabi Ismail AS, bapak dari para nabi yang di dalamnya memiliki nilai dan maka kesabaran dan kepatuhan kepada perintah Allah.

Hal tersebut merupakan sebuah pelajaran bahwa kita sebagai umat Islam memiliki sanad tradisi dalam beragama yang telah dirisalahkan kepada Nabi-nabi sebelumnya yang kemudian disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Kita kaum muslimin hanya dianjurkan dan diajari oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengingat pada asal-usul dan keberlanjutan ajaran tauhid dan ajaran-ajaran mulia lainnya.

Selain dimensi sejarah, kita juga diingatkan dalam konteks dimensi ruang dan waktu, bahwa kita yang melaksanakan ibadah Shalat Id di sini tidak hidup sendiri. Terdapat jutaan umat Islam lain pada saat yang sama sedang melaksanakan rangkaian Ibadah Haji di tanah suci.

Kiai Afif juga menyampaikan, bahwa dalam peringatan Idul Adha kita juga diingatkan dalam dimensi ajaran Islam yang semestinya dilaksanakan dengan baik. Dalam etika Islam, ada akhlak, adab syar’iyyah, yaitu dalam dimensi akhlak kepada Allah kita beridul adha dengan bertakbir, bertasbih, dan bersyukur atas karunianya. Akhlak kepada Rasulullah dan ulama dengan melaksanakan sunnah dan anjurannya. Akhlak kepada diri sendiri dengan senantiasa menjauhi sikap ujub, sombong, dan individualis.

Akhlak kepada sesama dengan saling gotong-royong, membantu sesama dengan menyisihkan sesembelihan kepada yang membutuhkan. Berbagi akhlak kepada makhluk di luar manusia, seperti tidak menakut-nakuti hewan sembelihan dan menajamkan pisau meminimalisir kesakitan. Demikian pula tata krama memilih wadah, alat, dan mengelola sampah sembelihan sehingga menjaga kesehatan lingkungan.

Idul Adha adalah momen yang menunjukkan persatuan umat Islam, baik umat Islam yang bersatu dalam Ibadah Haji, maupun umat Islam yang sedang menyelenggarakan ibadah qurban di tanah airnya masing-masing.

Melalui hikmah tersebut kita diajarkan untuk meresapi makna keberlanjutan ajaran agama Islam, yang karenanya melahirkan status persamaan di hadapan Tuhan sehingga memberikan motivasi kita untuk selalu menebarkan kebaikan.

[Admin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *