KH. Agoes Ali Masyhuri: Pesantren Sebagai Benteng Pertahanan Islam Dunia

Keluarga besar Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta, Selasa (4/30) menyelenggarakan peringatan Haul ke-81 Al-Maghfurlah KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad. Acara yang bertempat di halaman pondok pesantren Al Munawwir tersebut diawali dengan prosesi wisuda Al Qur’an.

KH. Agoes Ali Masyhuri yang biasa disapa dengan Gus Ali dari pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo menjadi penyampai mauidhoh hasanah terkait peran yang dapat dilakukan oleh santri dalam mengembangkan agama Islam. Dalam mukaddimahnya beliau mengutip hadist pertama dari kitab Arbain Nawawi yang menjelaskan konsekuensi niat dalam sebuah amal yang kita kerjakan.

Islam mengajarkan bahwa setiap niat itu melekat pada amal.
“Pandai-pandailah menata niat, karena bagusnya niat akan menentukan kualitas amal. Banyak amal biasa menjadi bermakna karena dibungkus dengan niat yang tulus dan benar. Banyak kewajiban yang sia-sia karena tidak dibarengi dengan niat yang tulus dan benar.” kata Gus Ali.

Selanjutnya, sebagai santri -Gus Ali yang malam itu seperti biasa membawakan ceramahnya dengan sisipan humor- menekankan bahwa selain niat yang tulus karena Allah, dalam belajar dan berjuang di jalan dakwah, seorang santri juga harus memiliki rasa ikhlas. Hal ini penting untuk menjaga karakter seorang santri agar tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang dapat memunculkan karakter ambisius yang negatif.

“Ruh atau nilai-nilai dari pondok pesantren yang menjadikannya kuat antara lain adalah karena di dalamnya terdapat keikhlasan, kesabaran dan barokah.” Jelas Gus Ali.

Perasaan ikhlas dalam beramal digambarkan oleh Gus Ali sebagai mata air jernih yang menyuburkan. Beliau mengibaratkan hati seorang yang diliputi oleh rasa ikhlas itu bagaikan tanah yang subur, sehingga sekecil apapun benih yang terdapat di dalamnya maka akan mudah tumbuh dan berbuah di atasnya. Dalam hal ini kemudian beliau mengutip sebuah hadist tentang korelasi antara hati dan jasad kita sebagai manusia:

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

Penguatan karakter santri agar menjadi pribadi yang ikhlas dalam beramal ini beliau sampaikan mengingat saat ini kita sebagai bagian dari masyarakat dunia selalu disibukkan dengan isu-isu konflik horisontal yang terjadi di beberapa negara Islam. Dalam hal ini Gus Ali merasa optimis bahwa pondok pesantren merupakan pertahanan dan benteng terakhir Islam di dunia.

“Jika umat Islam ingin menguasai peradaban dunia, kedudukan dan keberadaan pondok pesantren harus dipertahankan dan diperkuat untuk menjawab tantangan zaman yang kita hadapi saat ini.” Terang Gus Ali.

Acara puncak majelis haul ke-81 KH. M. Munawwir bin Abdullah Rosyad ini kemudian ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Gus Ali sebelum meninggalkan podium.

(Irsyadul Ibad)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *