KRAPYAK.org – Ahad (28/5), diadakan acara halalbihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) D.I. Yogyakarta dan pamitan calon jamaah haji yang turut dihadiri oleh sejumlah tokoh besar NU di Pondok Pesantren Krapyak.
Acara dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh perwakilan dari tuan rumah, juga selaku pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, KH. Afif Muhammad. Beliau menyambut kedatangan para tamu yang terdiri dari para kiai dan bu nyai, PWNU, PCNU, serta para calon jamaah haji. Dengan hangat kiai Afif menyambut kedatangan seluruh tamu. Beliau turut mengucapkan terima kasih dan memohon maaf apabila terdapat berbagai kekurangan selama berlangsungnya acara. Kiai Afif juga berharap agar acara ini dapat mendatangkan manfaat tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
Perwakilan dari jamaah haji, yakni bapak Bambang Susilo turut memberikan sambutannya. Beliau memohon doa agar rangkaian ibadah berjalan dengan lancar dan jamaah haji dapat pulang ke tanah air dengan keadaan sehat, serta sesuai dengan jumlah keberangkatan. Pak Bambang menyampaikan informasi terkait jumlah jamaah haji yang tahun ini bergabung dalam KBIH Muslimat NU yakni, Bantul berjumlah 231 jamaah; Gunung Kidul berjumlah 152 jamaah; dan Kulonprogo sebanyak 52 jamaah.
Dr. H. Ahmad Zuhdi Muhdhor, selaku ketua PWNU DIY menyampaikan alasan diselenggarakannya acara ini yakni untuk tabarukan kepada para masyayikh Pondok Pesantren Krapyak yang telah mengabdi kepada Nahdlatul Ulama, sehingga acara ini diselenggarakan di Krapyak. Yang kedua acara ini diselenggarakan pada tanggal 8 Dzulqo’dah sehingga tidak disebut sebagai syawalan, tetapi tetap disebut halalbihalal seperti penyebutan oleh mbah Wahab Hasbullah.
Tak ketinggalan pula, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, menceritakan kilas balik bangkitnya NU di tengah kecaman tentara kolonial yang mana pada saat itu banyak dari kaum ulama yang menolak berpakaian dengan menggunakan celana atau dasi karena gaya tersebut dinilai meniru bangsa penjajah. Juga dulu sekolah dianggap haram karena kurikulum yang digunakan adalah milik Belanda. Pak Yahya menambahkan bahwa beliau bersyukur menjadi bagian dari saksi sejarah beralihnya NU menuju modernitas. Para kiai pada saat itu sadar tentang pentingnya pendidikan. Titik awal kebangkitan modernitas NU terjadi di Krapyak tepatnya pada tahun 80-an. KH. Ali Maksum mengatakan bahwa Islam harusnya sholihun likulli zaman wal makan. Maka, sudah seharusnya Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Islam yang sejati tidak seharusnya menimbulkan kerusakan. Apabila ada yang mengaku dia Islam tetapi masih berbuat kehancuran, maka ia bukan Islam. KH. Ali Maksum juga mewanti-wanti agar selalu belajar tentang Nahdlatul Ulama dan apapun pelajaran yang kita dapat harus kita ajarkan pada orang lain.
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X dalam sambutannya menyampaikan bahwa ibadah haji sesungguhnya merupakan bentuk penghargaan terhadap kesempurnaan Islam seseorang, karena haji dilakukan dengan perjuangan lahir batin, fisik, rohani hingga jasmani.
Kemudian acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Drs. KH. Mas’ud Masduki selaku Rais Syuriah PWNU DIY.
Pewarta: Meyreza DS | Foto: Fikru