Abdul Muthallib: Figur Seorang Kakek Pendidik Nabi Muhammad

KRAPYAK.org – Kemuliaan derajat seseorang salah satunya dapat dilihat berdasarkan pada garis keturunan atau nasab yang dimiliki oleh orang tersebut. Sebagaimana bukti nyata dibalik garis keturunan Nabi Muhammad SAW. Terdapat para leluhur yang terhormat dan mulia.

Adapun garis nasab beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Adapun para leluhur Nabi Muhammad merupakan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam peradaban masyarakat Arab, terkhusus di kota Makkah Al-Mukarramah.

Ayahanda beliau, yakni Sayyid Abdullah merupakan putra dari Abdul Muthallib, salah satu tokoh yang memiliki pengaruh kuat di daerah Makkah. Nama asli beliau adalah Syaibah, yang berarti uban. Hal ini lantaran ia sudah beruban rambutnya sejak kecil.

Kakek beliau (Abdul Muthallib), dikenal dengan nama Abdul Muthallib semenjak beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Muthallib, yang tinggal di Madinah sebab ia sudah ditinggal wafat oleh ayahnya sejak kecil. Orang-orang yang tidak mengenalnya menyangka bahwa beliau adalah budak (abd) dari pamannya, yang pada akhirnya beliau masyhur dipanggil dengan nama Abdul Muthallib (budak Muthallib).

Keistimewaan Abdul Muthallib

Abdul Muthallib memiliki posisi penting di Makkah pada waktu itu, yakni sebagai pimpinan suku Quraisy. Selain itu, ia merupakan sosok yang cerdas, bijaksana, dan sabar, sehingga dengan perangainya tersebut ia dicintai oleh masyarakat. Ia juga diberi gelar al-Fayyadh yang berarti orang yang banyak memberi, bukan hanya terbatas pada manusia saja, tetapi juga pada makhluk hidup lainnya.

Suatu ketika, saat Raja Abrahah melancarkan penyerangan terhadap Ka’bah, Abdul Muthallib mampu mengamankan masyarakat dari para pasukan yang dibawa oleh Raja Abrahah, sehingga ia menjadi sosok yang sangat berjasa bagi keselamatan para penduduk kota Makkah.

Di waktu yang berdekatan pula, lahirlah Nabi Muhammad SAW yang merupakan cucu dari salah satu putranya yang kala itu telah wafat, yakni Abdullah. Ketika Nabi Muhammad berusia enam tahun, sang ibu, yakni Siti Aminah wafat, sehingga ia pun diasuh oleh kakeknya yakni Abdul Muthallib.

Abdul Muthallib mendidik, mengasuh, serta mencurahkan segenap kasih sayangnya kepada  Nabi Muhammad dengan begitu tulus dan ikhlas. Ia mengajarkan berbagai macam keterampilan yang sangat bermanfaat bagi masa depan Nabi Muhammad, mulai dari menggembala hingga berdagang. Sifat-sifat terpuji yang dimiliki serta menjadi sebuah karakter dari sosok Nabi Muhammad, tidak lain adalah lantaran didikan baik beliau.

Namun, lagi-lagi, Nabi Muhammad ditinggal oleh orang-orang terkasihnya di usia beliau yang masih belia, yakni delapan tahun. Abdul Muthallib, kakek tercinta Nabi Muhammad, wafat di usia senjanya, yakni 120 tahun. Berkat didikan dari figur kakek yang hebat, Nabi Muhammad bisa melanjutkan sisi kemuliaan dan jiwa kepemimpinan dari Abdul Muthallib.

Dikutip dari Pengajian Ramadhan KH Hilmy Muhammad | Kitab Al-Barzanji | 18 Maret 2024

Pawarta: Fernisya Mar’atus (XI MA) | Foto: Aldi Hardinata