KRAPYAK.org – Pada momentum Ramadhan 1446 H kali ini, Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta mengadakan berbagai macam rangkaian kegiatan bagi santri guna menjadikan waktu luang mereka di bulan suci ini menjadi produktif. Salah satu rangkaian kegiatan yang juga menjadi ciri khas pesantren di Indonesia khususnya Pulau Jawa adalah ngaji pasaran. Ngaji pasaran adalah tradisi mengaji kitab kuning selama bulan Ramadhan di pesantren. Biasanya, kegiatan ini dimulai dari awal masuknya bulan Ramadhan hingga hari ke-20 Ramadhan. Salah satu rangkaian ngaji pasaran di Krapyak kali ini diampu oleh KH Afif Muhammad dengan kitab berjudul Kitabun-Niyaat karangan Al-Habib Sa’ad Muhammad bin Alawi Alaydrus.
Pada pengajian malam pertama Ramadhan 1446 H yang jatuh pada tanggal 28 Februari 2025, Kiai Afif atau yang akrab disapa dengan Pak Afif menyampaikan beberapa poin penting terkait tata cara serta rahasia dibalik bersholawat kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasalam. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa seyogyanya seorang hamba saat hendak bersholawat untuk berniat menjalani perintah Allah, membenarkan kitabNya yaitu Al-Qur’an, mengikuti sunnah Nabi yang semua itu bermuara karena perasaan cinta terhadap Nabi Muhammad. Perintah bersalawat kepada Nabi sejatinya telah termaktub baik dalam Al-Qur’an maupun hadits, seperti pada surat Al-Ahzab ayat 56 yang memiliki arti “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”. Ayat ini menjadi landasan utama mengapa para hamba dianjurkan untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad karena Allah Ta’ala dan para malaikat mendawamkan hal tersebut.
Lebih lanjut, Pak Afif memberikan penjelasan mengenai urgensi cinta kepada sosok yang bahkan belum pernah ditemui oleh umat Islam saat ini yaitu Nabi Muhammad. Setelah melaksanakan perintah bersholawat kepadaya, membenarkan substansi kitabNya serta mengikuti sunnah nabiNya akan melahirkan sebuah bentuk cinta yang esensial. Pak Afif memberi pengibaratan mengenai kondisi sosial saat ini dengan realitas cinta kepada Nabi Muhammad, menurut beliau kondisi sosial yang menghinggapi generasi muda saat ini adalah rasa suka dan kagum yang terlalu berlebih kepada idola mereka. Bagaimana bisa mereka akan memberikan prioritas yang maksimal terkait intensitas cinta terhadap Baginda Nabi Muhammad? Jikalau cinta hanya terbatas pada aspek penglihatan saja. Cinta juga tak terbatas pada ruang dan waktu, panca indera bukan menjadi indikator yang sesuai untuk menumbuhkan perasaan cinta. Karena cinta yang sesungguhnya muncul dan tumbuh karena rasa percaya terhadap yang dicintai, imbuh Pak Afif.
Berbagai macam cinta akan muncul, namun output yang dihasilkan pun akan berbeda. Mengidolakan makhluk secara berlebihan dan tanpa diketahui latar belakang yang dicintainya secara jelas hanya akan menghasilkan rasa kagum yang berlebihan. Berbeda halnya dengan perilaku mencintai manusia paripurna di seluruh alam, yaitu Nabi Muhammad yang mana dengan mencintainya akan menumbuhkan rasa kerinduan yang candu bak nikotin dan kafein. Rindu kepada kekasihNya dapat diwujudkan salah satunya dengan banyak bersajak kepada Nabi Muhammad. Sajak kerinduan itu hadir sebagai bentuk validitas Muhammad sebagai kekasihNya dan mendapat kesetaraan nama denganNya di arsy.
Nabi Muhammad sebagai manusia yang paling mulia dari seluruh makhluk di alam semesta ini memegang otoritas sebagai pemberi syafaat di akhirat kelak. Pada hakikatnya, Allah dan RasulNya tidak membutuhkan sholawat ini. Namun, kaum yang beriman menjadikan sholawat sebagai wasilah untuk menghantarkan mereka kepada munculnya ridha dan rahmat Allah. Pak Afif menuturkan bahwa sholawat membuat Allah menambah serta memperbarui rahmatNya pada Nabi Muhammad sehingga menjadikan syafaat itu akan semakin mudah untuk digapai. Beliau menambahkan, bahwa orisinalitas kalimat-kalimat ilahiyah merupakan prioritas yang harus tetap dipertahankan kaum muslimin di seluruh dunia. Al-Qur’an yang menjadi penyempurna kitab-kitab sebelumnya secara tidak langsung membuat sebuah proteksi bagi apa saja yang datang dan berusaha untuk menghilangkan validitas Al-Qur’an.
Bersholawat kepada Nabi menjadi bukti bagi seorang hamba kepada utusanNya, selain itu menjadi wasilah bagi munculnya rahmat Allah kepada seluruh alam yang tak terbatas dengan ruang dan waktu. Sholawat merupakan representasi cinta hamba kepada utusanNya tanpa ada tendensi paksaan maupun ketidaksukaan. Semua itu dilandasi karena kerinduan yang semakin mendalam pada utusanNya serta implementasi dari orisinalitas Al-Qur’an saat ini.
Pewarta: Muhammad Shevchenko | Dikutip dari Pengajian Ramadhan 1446 H Kitab Niat