من فرح بدخول رمضان حرم الله جسده من النيران
“Barang siapa yang berbahagia dengan masuknya bulan Ramadhan, maka telah Allah haramkan jasadnya dari api neraka”
KRAPYAK.org – Begitulah yang disampaikan oleh Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali pada Pengajian Akbar Program Khusus Ramadhan di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Bahwasannya Allah ta’ala telah menjanjikan keselamatan dari api neraka bagi hamba-hambanya yang berbahagia menyambut bulan suci Ramadhan. Jika hanya dengan merasa bahagia sudah mendapatkan ganjaran serupa, maka sudah sepantasnya kita sebagai umat muslim untuk mengisi bulan Ramadhan dengan amal sebaik-baiknya. Bukan hanya tidur untuk meninggalkan maksiat, tetapi juga mengindahkan berbagai keistimewaan Ramadhan.
Disebutkan bahwa keistimewaan bulan Ramadhan tidak hanya di awal saja, bahkan setiap harinya memiliki keutamaan masing-masing.
اوله رحمة
Sepuluh hari pertama yang merupakan hari-hari penuh rahmat Allah di dalamnya.
واوسطه مغفرة
Sepuluh hari selanjutnya dilimpahkan permohonan ampun oleh Allah bagi hamba-hambanya yang senantiasa berdo’a kepada-Nya.
و اخره عطق من النار
Kemudian sepuluh hari terakhir, Allah menjanjikan bagi mereka yang terpilih yakni keselamatan dari api neraka.
Bulan Ramadhan dengan keistimewaannya yang lain adalah sebagai bulan penggugur dosa. Ibarat pakaian yang dikenakan sepanjang hari, meski tak tersentuh kotoran yang membekas apapun, pada akhirnya akan kita bersihkan dengan sebaik mungkin. Begitu juga dengan jiwa. Selayaknya kita bersihkan jiwa kita di bulan suci dengan memperbanyak amal soleh dan berbuat baik. Alangkah indahnya jika kita gunakan momentum ini untuk membersihkan diri dari segala dosa dan perbuatan tercela.
Satu lagi keistimewaan dari bulan kebaikan ini adalah julukan bulan berukhuwah, yakni masa bagi kita untuk mempererat tali persaudaraan melalui berbagai perbuatan baik dan amal soleh. Ukhuwah sebagai metode mu’asyaroh dapat dipahami dari tiga pengertian. Ukhuwah Islamiyah (bersaudara sebagai sesama umat muslim), Ukhuwah Wathoniyah (bersaudara sesama bangsa dengan toleransi beragama, suku, ras dan bahasa), serta Ukhuwah Insaniyah (bersaudara dengan seluruh umat manusia).
Mu’asyaroh memiliki 4 tahapan untuk mencapai kesuksesan di dalamnya. Pertama, تعارف (ta’aaruf). Hakikat manusia sebagai makhluk sosial adalah berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dalam konteks mu’asyaroh’ ini, kita diajarkan untuk mengenal terlebih dahulu dengan siapa kita berbicara. Barulah setelah kita mulai mengenal, kita akan berusaha untuk memahami karakteristik manusia yang berbeda-beda, memahami apa yang mereka senangi maupun apa yang tidak mereka senangi, di sinilah proses تفاهم (tafaahum) sebagai tahapan kedua berlangsung. Kemudian dengan mengenali dan memahami lebih jauh, akan muncul rasa simpati bahkan empati terhadap manusia lain yang dapat dikenali sebagai ‘teman’. Perasaan tersebut akan mendorong manusia untuk saling tolong menolong, yang disebut dengan تعاون (ta’aawun). Dengan demikian, manusia akan tergerak untuk saling memberikan rasa aman terhadap satu sama lain. Seperti halnya bayi yang menangis akan terdiam di pelukan ibunya, manusia akan merasa aman di saat berada dalam lingkungan orang-orang yang dicintainya. Perasaan inilah yang menjadi puncak persaudaraan yakni تكافل (takaaful), memberi rasa aman.
Setelah memahami berbagai keistimewaan yang terkandung dalam satu bulan suci Ramadhan, patutlah kita memperdalam makna tersebut dengan memperbanyak perbuatan baik atau beramal soleh. Tak lupa mempererat tali persaudaraan melalui empat tahapan mu’asyaroh dan yang terpenting adalah saling mendo’akan. Semoga kita semua senantiasa menjadi orang yang bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak.
Pewarta: Marwah | Pengajian Akbar Ramadhan Kamis, 27 Februari 2025