Habib Zaid bin Abdurrahman bin Yahya: Kita Berhak Berbahagia atas Kelahiran Nabi

KRAPYAK.org – Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta hadirkan habib Zaid bin Abdurrahman bin Yahya dalam Majelis Dzikir Sholawat dan Pengajian dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis 28/09/2023.

“Saya sangat senang dan bahagia bisa bersama beliau habib zaid bin abdurrahman bin yahya dalam majelis ini, semoga berkumpulnya kita di majelis ini dapat menjadi bukti kecintaan kita kepada Rasulullah SAW” ujar ibu Nyai Ida Rufaida Ali dalam sambutannya mewakili pengasuh Pondok Pesantren Krapyak.

Majelis yang diikuti oleh seluruh santri Pondok pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum ini diawali dengan pembacaan Qosidah Burdah yang dipimpin oleh tim hadroh Faniza serta diakhiri mauizah hasanah dan doa oleh habib Zaid bin Abdurrahman bin Yahya.

Dalam isi mauizahnya yang diterjemahkan oleh bapak Hamid Hodlir dan bapak Mufid Rozie, beliau mengatakan bahwa setiap hari pasti memiliki rahasia dan keistimewaannya masing-masing. Begitu pula keistimewaan hari kelahiran nabi Muhammad SAW yang menyadarkan kita untuk berbahagia atas kelahirannya. Habib Zaid mengatakan bahwa Allah tidak mengharamkan setiap hambanya untuk berbahagia dalam menyambut dan merayakan kelahiran nabi Muhammad SAW, sehingga anggapan yang mengatakan perayaan maulid adalah haram merupakan anggapan yang kurang tepat.

Sebagai umat nabi Muhammad kita berhak untuk berbahagia dan memuji beliau dengan berbagai pujian selagi hal tersebut tidak berlebihan. Hal ini senada dengan syiir Qosidah Burdah karya Imam Bushiri yaitu:

دَعْ مَا ادَّعَتْهُ النَّصَارَى فِيْ نَبِيِّهِمْ          وَ احْكُمْ بِمَا شِئْتَ فِيْهِ وَاحْتَكِمْ

Tinggalkanlah ucapan kaum Nashara terhadap nabi mereka

Adapun terhadapnya (Nabi Muhammad), ucaplah sesuka anda

Syair tersebut mengindikasikan bahwa kita boleh memuji nabi Muhammad SAW dengan berbagai bentuk pujian, asalkan tidak berlebihan sehingga menganggap nabi Muhammad adalah tuhan seperti yang dilakukan oleh kaum Nasrani yang menjadikan nabi Isa sebagai tuhan mereka.

Tak lepas dari penjelasan mengenai syair di atas, Habib Zaid bin Abdurrahaman lantas melontarkan sebuah pertanyaan “Apakah kemudian di dalam syair-syair terdapat hal penting untuk memuji Rasulullah SAW?” Jawaban dari pertanyaan tersebut turut dijelaskan olehnya dengan mengambil teladan kisah sahabat nabi bernama Hasan bin Tsabit.

Hasan bin Tsabit merupakan sahabat nabi Muhammad SAW yang tidak pandai berperang, memanah dan sebagainya. Akan tetapi beliau merupakan sahabat nabi yang gemar dan pandai menulis syi’ir untuk memuji Rasulullah, sehingga rasul pun mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menandingi sahabat Hasan bin Tsabit kecuali malaikat jibril.

Habib Zaid bin Abdurrahman menegaskan poin penting dalam cerita ini sebagai pesan dan motivasi kepada para santri, “sahabat Hasan tidak mampu berperang sehingga beliau berjihad dengan syiir, begitu pula santri para pencari ilmu berjihad dengan pena.”

Pewarta: Clara Satria | Foto: Mustarih Amar