Nyai Hj. Ida Rufaida: Mengisi Kemerdekaan melalui Semangat KH Muhammad Munawwir dan KH Ali Maksum dalam Menuntut Ilmu

KRAPYAK.org – Pada Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79, Nyai Hj. Ida Rufaida Ali memimpin upacara bendera yang penuh khidmat di Pondok Pesantren Krapyak, Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta. Seluruh santri dan sivitas akademika turut hadir dalam momen sakral tersebut pada Sabtu, 17 Agustus 2024, mendengarkan amanat penuh inspirasi dari Nyai Hj. Ida yang menggelorakan semangat perjuangan KH Munawwir dan KH Ali Maksum.

Dalam amanatnya, beliau menyampaikan bahwa tema kemerdekaan di tahun ini adalah “Nusantara Baru, Indonesia Maju.” Tema ini tentu saja berkaitan dengan rencana perpindahan ibukota baru yaitu dari Kota Jakarta menuju Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Sebagai warga yang baik, beliau mengajak seluruh peserta upacara untuk senantiasa berdo’a supaya rencana besar ini diberikan kelancaran, berkah manfaat, hasil maqsud, dan mendapatkan ridho dari Allah Ta’ala. Beliau juga mengajak seluruh santri dan sivitas untuk terus mengisi kemerdekaan ini dengan tambah manfaat dalam rangka berjuang mencari ilmu sebanyak-banyaknya tanpa batas.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

 “Orang yang berakal (bijak) adalah orang yang bisa menahan nafsunya dan beramal untuk setelah kematian, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan selalu berangan-angan (kosong) atas Allah.”
[Ibnu Majah]

Dalam hal ini beliau mengungkapkan bahwa para santri dan tenaga pendidik termasuk orang-orang yang sedang berjuang dengan semangat mencari ilmu, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafi’i:

من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم

“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia hendaklah dengan ilmu barangsiapa yang menginginkan (kebahagian)  akhirat hendaklah dengan ilmu.”

Oleh karena itu, kita semua yang alhamdulillah ditakdirkan oleh Allah berada di bumi Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum ini sudah seharusnya bersyukur atas nikmat kemerdekaan dengan tambah semangat dalam menuntut ilmu. Kita berada di pesantren ini mempunyai dua inspirator utama yang luar biasa yaitu KH Muhammad Munawwir dan  KH Ali Maksum serta para masyayikh yang juga selalu menginspirasi kita.

Sejarah mengatakan bahwa pesantren Krapyak didirikan pada tahun 1911. Kita mengetahui bahwa lebih dari 110 tahun yang lalu pondok ini sudah didirikan oleh KH Muhammad Munawwir, tentu dengan perjuangan yang luar biasa setelah kepulangan beliau dari menuntut ilmu di tanah Makkah Al Mukarromah. Kita tidak bisa membayangkan, pada periode itu bagaimana mungkin seorang KH Muhammad Munawwir muda bisa menuntut ilmu di tempat yang sangat jauh dengan tekad yang sangat besar. Sangat mungkin terjadi, beliau berangkat dengan niat khidmah, yang terpenting bisa menuntut ilmu dengan sebanyak-banyaknya dan sebaiknya-baiknya.

Perjuangan KH Muhammad Munawwir kemudian diikuti oleh KH Ali Maksum yang setelah lulus mondok di Tremas Jawa Timur, kemudian menikah dan beliau menuntut ilmu ke Makkah pada usia pernikahan 3 bulan, selama 3 tahun lamanya. Tentu kondisi pada saat itu berbeda dengan sekarang yang masih bisa berkomunikasi dengan mudah.

Nyai Hj. Ida Rufaida teringat akan riwayat Nabi Ibrahim yang harus meninggalkan istri dan anaknya di tengah padang pasir sampai tidak tega mengatakan kenapa harus meninggalkan, yang pada akhirnya Sayyidah Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim “Yaa Nabiyallah, apakah engkau meninggalkan kami di tempat seperti ini kalau memang itu perintah Allah? Jika demi perintah agamamu maka laksanakanlah.”

Inilah perjuangan Mbah Kiai Muhammad Munawwir dan Mbah Kiai Ali Maksum. Mudah-mudahan dapat menginspirasi kita semua bahwa untuk menuntut ilmu dengan tantangan seberat apapun maka itu harus kita laksanakan.” Ungkap Nyai Hj. Ida Rufaida kemudian melanjutkan penyampaian amanatnya.

Selanjutnya, Nyai Hj. Ida Rufaida menghaturkan ungkapan terimakasih yang tinggi kepada para santri dan seluruh sivitas akademik karena telah berikhtiar dalam meneruskan perjuangan itu sampai hari ini sehingga berhasil mengukir prestasi yang bisa dibanggakan. Beliau juga menambahkan permohonan do’a restu mudah-mudahan seluruh santri kita yang sedang berjuang baik di dalam pesantren ini, di tempat manapun, khususnya di negeri orang yang dengan perjuangan yang lebih berat ini semoga senantiasa diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala.

Khususnya, santri yang melanjutkan pendidikan di luar negeri yang notabene Islam menjadi minoritas. Mereka ini menjadi representasi dari agama Islam itu sendiri. Ketika dia bisa berbuat baik, maka Islam akan dipandang sebagai agama yang baik. Tetapi sebaliknya, ketika tidak bisa berbuat baik, maka Agama Islam-lah yang menjadi sasaran ketidakbaikannya.

“Mari kita tambah semangat di dalam menuntut ilmu dengan semangat dan kecintaan yang luar biasa mudah-mudahan bisa menyusul prestasi yang sudah diraih oleh para alumni kita.” Imbuhnya.

Untuk dapat mencapai ini semua, maka tidak bisa kecuali dengan semangat menuntut ilmu, terutama dengan senang membaca. Sebagaimana ungkapan Mbah Ali “Tanpa Buku, Beku.” Kemudian ada harapan KH Ali Maksum yang dituliskan oleh KH Hendri Sutopo bahwa di dalam ijazahnya, KH Ali Maksum menuliskan satu ayat yang sangat bermakna:

فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ……

(At-Taubah, 9:122)

Demikian yang disampaikan oleh Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida, amanat di hari kemerdekaan yang sangat menginspirasi kita semua. Mudah-mudahan bisa menjadi wasilah keberhasilan kita semua yang sedang menuntut ilmu.

Pewarta: Qonita Khairunnisa | Foto: Aditama Galih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *