KRAPYAK.org – Pada hakikatnya, berbohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Bohong juga termasuk ke dalam suatu perbuatan yang amat tercela, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
إذا كذب العبد كذبةً تباعد عنه الملك ميلاً من نتن ما جاء به
“Jika seorang hamba berdusta sekali, maka malaikat akan menjauh (sejarak) satu mil darinya, karena bau busuk dari perbuatannya (mulutnya).”
Penyebab Kebohongan
Penyebab dari terjadinya suatu kebohoongan adalah keinginan untuk mencari kebaikan dan menolak keburukan walaupun dengan cara yang sama sekali tidak dibenarkan.
Sering terjadinya kebohongan lantaran banyak orang yang menilai sedikit kebohongan dapat menyelamatkan diri mereka walaupun hanya sesaat. Dan pada akhirnya, mereka akan lebih memilih untuk berkata bohong karena menilai bahwasanya kejujuran dapat merugikan bagi dirinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bohong akan terasa begitu menyakitkan bagi orang yang dibohongi. Akibat dari kebohongan akan kembali lagi, tak lain dan tak bukan, hanya kepada para pelakunya.
Dampak Kebohongan
Seorang yang gemar berbohong ketika berada di dunia, dia tidak akan dipercaya lagi. Ia akan dihina dan dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya. Hal itu merupakan sanksi sosial yang sudah sewajarnya didapatkan atas perbuatannya tersebut.
Adapun ketika di akhirat kelak, ia akan disiksa dengan siksa yang amat pedih. Pasalnya, seorang yang berbohong itu menganggap remeh pergunjingan dan fitnah, sehingga secara tidak langsung mengobarkan rasa saling benci dan saling memusuhi di antara mereka.
Cara Mengatasi Kebohongan
Pada dasarnya, perkataan bohong dapat dihindari dengan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan mengingat bahwasanya Allah SWT senantiasa mengawasi kita. Dan kita dituntut belajar untuk menjaga lisan dari berkata yang tidak sesuai pada kenyataannya, serta menyadari dampak buruk darinya.
Dalam kitab Jawami’ul Kalim karya Hadratussyaikh KH Ali Maksum, terdapat suatu hadits yang menjelaskan:
جمال الرجل فصاحة لِسانه
“Keindahan seseorang adalah kefasihan lisannya.”
Perkataan seseorang itu mencerminkan bagaimana perilakunya. Ketika seseorang itu mampu menjaga lisannya dari berkata yang buruk, maka bisa dipastikan ia juga mampu menjaga perilakunya dari berbuat suatu hal yang buruk juga.
Lisan merupakan sesuatu yang amat penting untuk dijaga. Sedikit saja lisan berkata sesuatu yang tercela, maka akan sangat berakibat fatal. Sebagaimana ungkapan yang mengatakan “mulutmu, harimaumu!”.
Maknanya adalah jika kita tidak mampu menjaga lisan dengan sebaik-baiknya, maka lisan tersebut akan menjadi bumerang untuk kita sendiri. Dengan kata lain, ucapan yang sudah kita lontarkan, bisa jadi akan berakibat buruk pada diri kita sendiri.
Dikutip dari Pengajian Ramadhan Nyai Hj Maya Fitria | Kitab Jawami’ul Kalim | 20 Maret 2024
Pewarta: Fernisya Mar’atus | Foto: Aldi Hardi