KRAPYAK.org – Dalam tatanan sejarah Islam, ada istilah penerimaan masyarakat terhadap Islam tanpa adanya paksaan. Hal itu terjadi karena adanya ketertarikan terhadap Islam yang muncul disebabkan oleh keelokan laku pendakwahnya. Nabi Muhammad SAW, yang terkenal dengan akhlak dan perangainya yang baik. Sebab dari kebaikannya itu, Nabi SAW tidak cukup hanya sebatas disegani oleh para sahabat, melainkan orang yang menganggap Nabi adalah lawannya pun ikut menghormati dan menyanjung etika beliau. Ada juga yang mulanya membenci kemudian beralih menghormati dan pada akhirnya mengikuti. Hal ini seakan menjelaskan betapa mulianya budi luhur seorang Nabi yang di-nash oleh Allah menjadi kekasihnya. Sosok yang tak punya rasa dendam, sosok yang selalu menebar kasih dan sayang. Sosok pemaaf atas segala kesalahan.
Di bulan suci ramadhan ini, hati dituntut untuk mampu mengontrol diri, menahan hawa nafsu, memaafkan apa yang salah dan membenarkan apa yang benar. Bulan yang penuh berkah dijadikan tuhan sebagai pengasah jati diri manusia agar kembali ke fitrah untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh, rendah hati, mampu menghargai antar sesamanya. Nabi Muhammad SAW, sosok panutan bagi seluruh penghuni alam, kepribadianNya sangatlah patut untuk menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Semasa hidupNya, beliau selalu mengajarkan akan kerendahan hati bilamana dicaci maki, mengajarkan akan makna maaf atas kesalahan umat yang tak terbatas.
Kaitannya dengan kebaikan yang ada dalam jati diri manusia, Sayyidina Umar bin Khattab r.a. dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Diin berkata:
المحسن على المسيء امير
“Orang baik perilakunya adalah pemimpin bagi orang yang buruk perilakunya.”
Redaksi di atas, memberikan penjelasan bahwa sudah menjadi sebuah kepatutan bagi umat manusia harus selalu mengedepankan kebaikan di atas apapun. Karena pada dasarnya, dari perilaku yang baik akan membentuk karakter yang unggul. Kebaikan mampu meningkatkan derajat spiritual. Bahkan, Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang tersebut. Pastinya, tidak ada kerugian bila kita berbuat baik seperti halnya mengupayakan agar tidak mudah marah, menyalahkan, menghakimi, apalagi melakukan tindak kekerasan. Saling memahami adalah kebaikan yang paripurna dalam sebuah relasi. Kebaikan dalam Islam adalah berakhlak mulia kepada orang lain, juga kepada diri sendiri. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam relasi sosial yang lebih besar.
Dinukil dari pengajian KH Afif Muhammad | Kitab Adab ad-Dunya wa ad-Diin | 23 Maret 2023
Pewarta: Faizal Basri | Editor: Adam | Foto: Galih Aditama