Bedah Buku “Saring Sebelum Sharing” dan Diskusi Ilmiah Mahad Aly Krapyak

Ma’had Aly Krapyak bekerja sama dengan Penerbit Bentang mengadakan Bedah Buku “Saring Sebelum Sharing” karya Gus Nadirsyah Hosen dan Diskusi Ilmiah di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum pada Selasa 12 Maret 2019 yg baru lalu. Dalam kegiatan bertema Teladan Nabi dan Aktualisasi Ma’had Aly di Era Milenial ini bertindak sebagai pembicara Prof. Nadirsyah Hosen, Ph.D (penulis buku, dosen Fakultas Hukum Monash University Australia dan syuriah PCINU Australia), Dr. KH. Malik Madani (syuriyah NU dan Anggota Majelis Masyayikh Ma’had Aly), dan KH. Zaky Muhammad, Lc (Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak dan Majlis Bil Mustofa) dengan dimoderatori oleh Ust. Supriyadi, S.Pd.

Selaku mudir Ma’had Aly Krapyak, KH Afif Muhammad dalam sambutannya menyampaikan kondisi kalangan komunitas Ma’had Aly saat ini dan berharap kegiatan seperti ini nantinya dapat terus berlangsung demi upaya peningkatan kapasitas civitas Ma’had Aly.
Mengawali paparannya, Prof Nadirsyah menyatakan, Buku “Saring Sebelum Sharing” ini disusun terutama berdasar pertanyaan netizen di medsos tentang hadits, karena saat ini banyak beredar melalui media sosial semisal penggalan terjemah hadits, divisualisasikan dalam bentuk gambar meme dan di-share atau dibagikan di mana-mana, lalu dipakai untuk menghakimi praktik ibadah khususnya mayoritas umat Islam di Indonesia.

“Sebetulnya ulama dahulu sangat berhati-hati dalam menerima dan mentransmisikan khabar-khabar yang mereka terima, maka muncul Ilmu Mustholah Hadits. Saat ini kecepatan jempol kita di media sosial untuk mengeshare berita, seakan-akan tidak ada rem. Mungkin sekarang perlu ada Ilmu Mustholah media sosial. Buku ini sedikit banyak menceritakan penerapan Ilmu Mustholah Hadits yang kita pelajari di pesantren, karena di kalangan luar banyak yang semangatnya tinggi belajar hadits melalui potongan-potongan gambar atau penggalan terjemah hadits tersebut. Banyak yang tidak mengerti apa itu Jarh wa Ta’dil dan tidak mencermati keshahihannya. Media sosial saat ini sebetulnya dapat dikembangkan sebagai sarana untuk Takhrij Hadits. Netizen umumnya tidak dapat membedakan mana hadits yang berkenaan dengan aqidah yang dapat membawa implikasi kepada keimanan, mana hadits yang berkenaan dengan hukum, dan mana yang adab, sehingga kesemuanya ini dicampur aduk dimasukkan semua dalam aqidah”, papar Prof Nadir mengenai latar belakang dan tujuan penulisan buku tersebut.

KH Malik Madani mengungkapkan, isi materi dalam buku “Saring Sebelum Sharing” sebenarnya cukup berat, namun Gus Nadir mampu menuliskannya dengan bahasa yang lugas, mudah dimengerti, dan millenial. Buku ini memuat tema-tema yang kita butuhkan, terutama dalam berislam meneladani Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Kiai Malik Madani juga tertarik cara Gus Nadir untuk tidak aljumud ala nnushush (berhenti pada teks).

Karya Gus Nadirsyah ini, masih menurut Kiai Malik, mengajarkan untuk tidak jumud ala annash, apalagi terhadap alkutub shafra’ secara apa adanya namun harus ditinjau konteksnya. Kalangan pesantren, sebenarnya punya alat itu. Ada alat pisau analisis dalam ilmu-ilmu keislaman, ada Qawaid Fiqh, Mustholah Hadits, Ushul Fiqh. Namun kalangan kita masih kurang menjadikannya sebagai pisau analisis, karena takut suul adab sebab tidak terbiasa, karena biasanya itu dilakukan oleh kyai dan para mujtahid. Gus Nadir melatih kita untuk tidak terlalu takut secara berlebihan pada hal-hal tersebut. Memang segala sesuatu yang melampui batas, tidak bagus. Tawadlu yang berlebihan juga jadinya tidak bagus.

“Bisa dirasakan bahwa Prof Nadir dalam menguraikan buku ini seperti kiai-kiai. Kiai jarang membahas ilmu-ilmu dengan terlalu rumit, namun dengan cara ringan dan santai. Mbah Ali Maksum pun demikian dalam mengajar, lebih memilih mengajar kitab Riyadlus Sholihin ketimbang kitab-kitab tinggi lainnya. Esai Gus Nadir ini ilmiah namun santai, seperti model pengajian bandongan kitab di pondok. Namun sesantai-santainya profesor tetap saja ilmiah.” Demikian ungkap Kiai Zaky dalam kesempatan terakhir sebagai pembicara diskusi, sebelum diakhiri dengan dialog dan tanya jawab.
(LM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *