Sambutan KH. As’ad Said Ali atas nama Sohibul Bait pada Majlis Haul 25 al-Maghfurlah KH. Ali Maksum

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. أشهد أن لا إله إلا الله الملك الحق المبين محمد رسول الله صادق الوعد الأمين. أما بعد

Hadharatal Muhtaramin, Ashabal Karamah wal Fadlilah,Para Alim Ulama, para kiai Para sesepuh dan pinisepuh, para santri, Ibu-ibu fatayat muslimat Nahdlatul Ulama Tak lupa pula pengurus Nahdlatul Ulama wilayah dan cabang

Hadirin para undangan yang berbahagia..

Saya didapuk mewakili sahibul bait mungkin karena saya sering berhubungan dengan Kiai Atabik Ali saya anggap beliau sebagai kakak saya dan sekaligus guru saya.

Pertama, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh hadirin pada malam ini dalam rangka memperingati haul almaghfurlah guru kita, pepunden kita, Kiyai Haji Ali Maksum. Suasana malam ini terasa prihatin dari doa-doa maupun kalimah tayyibah yang diucapkan, keluar dari sanubari kita. Prihatin karena beberapa waktu yang lalu salah satu sesepuh pesantren ini kiai Zaenal (KH. Zainal Abdiin Munawwir) mendahului kita dan sebelumnya juga, kiyai Warson (KH. Ahmad Warsson Munawwir. red), mendahului kita juga. Dan yang tertua di sini kiai Atabik Ali secara fisik belum pulih kesehatannya tapi saya yakin secara psikis kejiwaan, beliau tidak akan pernah sakit, karena beliau adalah orang yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Apalagi dengan do’a-do’a pada malam ini…insya Allah, ini akan memberikan kesehatan jiwa dan rohani pada sohibul bait maupun para hadirin.

Bapak-bapak para kiai, ibu-ibu yang saya hormati…

Dalam kehidupan ada dinamika, ada pasang surut. Apa keprihatinan yang kita rasakan sebenarnya juga keprihatinan seluruh bangsa ini, yang sedang dalam suasana transisi, menuju yag lebih baik, tentunya ini memakan suatu pengorbanan dari kita semua. Tapi ada suatu yang kita tidak boleh larut dalam suatu keprihatinan terus-menerus, karena kita punya pondasi keimanan dan ajaran yang kokoh, ahlussunnah wal jamaah, yang ditinggalkan oleh para ulama mazhab. Kebesaran Nahdlatul Ulama juga terpancar dari kebesaran pesantren Krapyak ini. Saya menjadi saksi ketika pada tahun 1969, ketika baru nyantri di sini, saya hadir dalam suatu pertemuan di Gedung Sasono Budoyo di selatan Gedung Agung. Di situlah Pak Kiyai Ali Maksum, Allah yarham menjelaskan, ketika Indonesia sedang mencari bentuk dari zaman Bung Karno menjadi zaman baru, beliau menjelaskan yang kita kenal dengan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah, ketika itu belum banyak didengungkan orang, belum banyak dibacakan orang, belum banyak didengar orang. Beliau menyampaikan itu dan bukan di kalangan NU tapi di kalangan, sebagian besar orang-orang yang tidak mengenal NU atau tidak tahu benar mengenai Nahdlatul Ulama. Inilah suatu pondasi yang besar, yang kalau didalami lebih lanjut maka ajaran itu bima’na tawasuth tasamuh tawazun seperti yang kita terima, kita cerna selama ini dan itu muncul dari Pesantren Krapyak Yogyakarta. Meskipun saya yakin karena beliau dekat dengan Kiai Ahmad Siddiq Allah yarham, maka ajaran itu juga sudah menjadi kesepakatan para alim ulama yang ketika itu belum banyak didengarkan.

Itulah ajaran yang sekarang ini menjadi perekat Indonesia yang ketika itu sedang prihatin, dengan adanya ajaran tadi, tiga prinsip persaudaraan tadi maka Indonesia jaya sampai sekarang ini, dan Nahdlatul Ulama insya Allah kalau dulu menjadi pelopor maka sekarang pun kedepan pun menjadi pelopor. Tentunya di dalam kepoloporan itulah kita memerlukan perbaikan diri dan pengorbanan-pengorbanan.

Saya tidak berpanjang lebar karena ada yang lebih berhak. Mohon maaf saya lupa menyebutkan yang kami hormati Pak Kiai Maimun Zubair, almukarrom Pak Kiai Musthofa Bisri, Rois Aam Nahdlatul Ulama yang disepakati berdasarkan mufakat beberapa hari yang lalu setelah empat puluh hari meninggalnya Kiai Sahal Mahfud. Sesuai dengan AD ART, maka beliau adalah Rois Aam artinya pemimpin tertinggi NU pada saat ini sampai muktamar nanti. Yang saya hormati juga, para alim ulama yang lain, yang kami tidak bisa sebut satu persatu. Bapak Ibu sekalian, atas nama sohibul bait kami menyampaikan terima kasih sekali lagi dan mohon maaf apabila di dalam penyambutan banyak hal yang kurang berkenan. Semua itu mohon dimaklumi karena sesungguhnya apa yang diberikan itu bersumber dari keikhlasan dan kegotongroyongan kita bersama.

Kami juga mengapresiasi kepada perjuangan Pak Kiai Atabik Ali kakak saya, guru saya, ketika saya kesini tahun enam sembilan, akhir enam delapan, belum sebesar ini dan muridnya belum sebesar ini dan saya yakin berkat perjuangan beliau, beliau bisa meneruskan karya dari Kiai MunaWwir, ayahanda beliau Kiai Ali Maksum dan sehingga besar seperti sekarang ini. Kebetulan beliau adalah seorang kiyai sekaligus juga seorang wiraswasta karena punya percetakan dan usaha-usaha yang lain lain dan pernah menjadi politisi. Jadi saya pernah diminta oleh beliau, “Coba Ad, pasarkan saya punya mu’jam, kamus, yang tebal itu”, satu biji harganya empat ratus ribu satu set. Alhamdulillah, saya punya teman banyak, ada dermawan yang bisa membeli itu, sehingga saya yakin uangnya tidak kemana, semua demi kebesaran pesantren ini. Inilah perjuangan beliau dan saya tidak tahu bagaimana perjuangan yang lain, tapi saya yakin itulah beliau. Seorang kiyai tidak mungkin berbuat kecuali untuk pesantrennya dan untuk murid-muridnya. Saya yakin Demikian! Kebetulan saya ini salah satu murid Kiyai Ali Maksum.

Kalau yang lain ditakdirkan menjadi kiyai, saya kebetulan tidak ditakdirkan seperti itu. Saya tidak tahu kenapa demikian, tapi alhamdulillah sekarang diamanahi untuk menjadi wakil ketua umum PBNU, dipaksa-paksa Kiyai Sahal, diperintah, saya ikut saja. Wong nggak kiyai kog dijadikan pengurus PBNU dan wakil sekaligus. Jadi nggak tahu kenapa, saya anggap sebagai amanah, dan itu akan saya jalankan dengan ikhlas dengan bimbingan dan doa dari semua yang hadir. Saya di Krapyak, saya tidak akan lupa pesantren ini sampai kapanpun. Kalau (Krapyak) sedang sedih, saya ikut sedih, sedang prihatin saya ikut prihatin. Dan saya tidak akan lepas, punya tanggungjawab, untuk menjaga pesantren ini dan seluruh keluarga Krapyak.

Kemudian mengenai asosiasi pesantren tadi karena masih menyangkut pesantren. Mohon maaf, saya akan menyampaikan sedikit. Saya menyambut asosiasi seperti itu. Kenapa? NU itu besar. Besar sekali. Tidak ada yang lebih besar dari pada NU kalau dilihat dari segi organisasi di dunia ini. Kebesaran itu bukan hanya jumlah tapi juga karyanya. Di Indonesia ini, di dunia ini, hanya ada negara yang seperti kita. Bukan negara agama bukan negara sekuler, tapi agama yang menjunjung,berdasarkan pada moralitas agama Islam. Inilah Nahdlatul Ulama. Saya yakin inilah satu sistem atau nidzam yang cocok untuk dunia, di masa mendatang.

Insya Allah semua akan berkiblat pada Indonesia dilihat dari apa yang terjadi di Timur Tengah di mana tidak ada satu nidzam-pun, ikhwanul muslimin, HTI, tidak ada yang bisa menciptakan nidzam seperti kita. Dalam kenyataan demikian, tidak ada, tapi kitalah yang bisa, Nahdlatul Ulama. Asosiasi seperti itu penting. Karena apa? Kita itu terlalu besar. Tidak mungkin struktur cabang wilayah PBNU menyerap, mewadahi itu semua. Oleh karena itulah asosiasi-asosiasi seperti itu dipersilahkan, untuk mewadahi kegiatan NU agar tidak diwadahi oleh orang lain. Jadi saya mohon kepada pengurus asosiasi alumni ini jalan terus asal niatnya mukhlis, tidak membelok kearah yang lain-lain.

Demikian sambutan kami, mohon maaf kalau ada kesalahan dan Wallahul Muwaffiq ila aqwamit toriq.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *